December 9, 2024 By Amandira Maharani
9 Desember 2024 – Selama ini, kita mungkin menganggap proses penuaan sebagai perjalanan yang mulus dan berangsur-angsur. Namun, penelitian terbaru dari Stanford University mengungkap fakta mengejutkan yang mengubah cara kita memandang penuaan manusia. Studi revolusioner yang diterbitkan dalam jurnal Nature Aging pada 14 Agustus 2024 memperlihatkan bahwa tubuh manusia tidak berubah secara liner, melainkan mengalami dua gelombang perubahan dramatis pada usia tertentu.
Penelitian yang dipimpin oleh Prof. Michael Snyder dari Stanford University ini melibatkan 108 peserta yang berusia antara 25 hingga 75 tahun. Para peneliti mengumpulkan data yang luar biasa komprehensif, melacak 135.000 molekul berbeda melalui sampel darah, tinja, serta usapan kulit, mulut, dan hidung yang dikumpulkan setiap beberapa bulan selama satu hingga tujuh tahun.
Metode penelitian yang canggih ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengamati perubahan molekuler yang terjadi dalam tubuh manusia dengan detail yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Mereka meneliti berbagai jenis molekul, termasuk RNA, protein, metabolit, serta mikroba seperti bakteri, virus, dan jamur yang hidup di usus dan kulit manusia.
Temuan paling mengejutkan adalah teridentifikasinya gelombang pertama perubahan dramatis yang terjadi pada pertengahan usia 40-an, tepatnya sekitar usia 44 tahun. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada wanita, seperti yang awalnya diduga akibat perimenopause, tetapi juga dialami oleh pria.
Gelombang perubahan pertama ini mencakup molekul-molekul yang terkait dengan beberapa aspek kesehatan kritis, di antaranya:
– Molekul yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular
– Kemampuan metabolisme kafein
– Metabolisme alkohol
– Metabolisme lipid
Xiaotao Shen, penulis utama penelitian, menjelaskan bahwa temuan ini menunjukkan adanya faktor-faktor kompleks yang memengaruhi perubahan drastis pada tubuh manusia, di luar sekadar pengaruh hormonal.
Gelombang perubahan kedua teridentifikasi pada awal usia 60 tahunan. Pada fase ini, peneliti menemukan perubahan molekuler yang mempengaruhi:
– Sistem kekebalan tubuh
– Metabolisme karbohidrat
– Fungsi ginjal
Menariknya, molekul terkait penuaan kulit dan otot mengalami perubahan signifikan pada kedua titik waktu tersebut.
Temuan penelitian ini memberikan perspektif baru tentang proses penuaan. Prof. Michael Snyder menekankan bahwa tubuh manusia tidak berubah secara bertahap, melainkan mengalami transformasi dramatis pada periode tertentu. Hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular dan gangguan muskuloskeletal, cenderung muncul pada usia spesifik.
Penelitian sebelumnya bahkan mengindikasikan mungkin adanya lonjakan penuaan ketiga sekitar usia 78 tahun, meskipun studi saat ini belum dapat membuktikan hal tersebut karena keterbatasan usia peserta penelitian.
Salah satu pesan penting dari penelitian ini adalah pentingnya adaptasi gaya hidup. Prof. Snyder menyarankan agar individu mulai menyesuaikan pola hidup mereka selama masih sehat. Misalnya, meningkatkan latihan fisik pada periode di mana kehilangan massa otot mulai lebih cepat.
Faktor gaya hidup dan perilaku diduga turut berkontribusi terhadap perubahan molekuler ini. Contohnya, perubahan metabolisme alkohol mungkin disebabkan oleh peningkatan konsumsi pada masa pertengahan usia 40-an, yang kerap kali merupakan periode penuh tekanan.
Penelitian ini membuka jendela baru dalam memahami proses penuaan manusia. Bukan sekadar penurunan bertahap, tubuh kita mengalami transformasi dramatis pada usia tertentu. Temuan ini tidak hanya memberikan wawasan ilmiah yang mendalam, tetapi juga memberikan panduan praktis bagi setiap individu untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan.
Dengan pemahaman baru ini, kita diajak untuk tidak pasrah terhadap proses penuaan, melainkan aktif melakukan intervensi dan penyesuaian gaya hidup sejak dini. Kesehatan bukanlah perjalanan yang ditentukan semata-mata oleh usia, melainkan pilihan dan tindakan yang kita ambil setiap hari.