September 26, 2025 By pj
26 September 2025 – Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia kembali membukukan kerugian pada semester I-2025. Berdasarkan laporan keuangan terbaru, rugi bersih perseroan tercatat Rp 2,39 triliun atau meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini menegaskan tantangan berat yang masih dihadapi Garuda di tengah upaya efisiensi dan dukungan restrukturisasi dari pemegang saham.
Pada paruh pertama tahun 2025, Garuda Indonesia mencatat rugi bersih Rp 2,39 triliun, naik 41,37 persen dari Rp 1,69 triliun pada semester pertama 2024.
Peningkatan kerugian ini terjadi di tengah penurunan pendapatan. Hingga Juni 2025, total pendapatan Garuda turun menjadi Rp 25,76 triliun dari Rp 26,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan penerbangan penumpang berjadwal masih menjadi kontributor utama sebesar Rp 18,37 triliun. Namun, angka ini merosot 8,02 persen dibanding Rp 19,97 triliun pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, penerbangan tidak berjadwal seperti haji dan charter meningkat 15,66 persen menjadi Rp 3,43 triliun, sedangkan pendapatan kargo dan dokumen naik 6,92 persen menjadi Rp 1,34 triliun.
Meski berhasil menekan beban usaha menjadi Rp 25,04 triliun dari Rp 25,51 triliun pada tahun lalu, pos beban gaji justru naik 3,76 persen menjadi Rp 1,37 triliun.
Kantor Akuntan Publik Purwanto Susanti dan Surja menemukan adanya ketidakpastian material terkait kelangsungan usaha Garuda Indonesia. Auditor mencatat defisiensi modal per 30 Juni 2025 sebesar Rp 25 triliun, dengan liabilitas jangka pendek melampaui aset lancar hingga Rp 12,2 triliun.
Dalam laporan audit disebutkan, “mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.” Catatan ini bukan kali pertama muncul, sebab auditor juga memberikan peringatan serupa dalam laporan keuangan konsolidasi Desember 2024 dan beberapa laporan interim sepanjang 2024 hingga Maret 2025.
Meski menghadapi tekanan, auditor menilai ada perbaikan fundamental berkat suntikan dana Rp 6,5 triliun dari Danantara.
Manajemen Garuda disebut tengah menyusun langkah strategis melalui rasionalisasi jaringan, pengoperasian lebih dari 200 rute, penambahan 120 pesawat, optimalisasi pendapatan, hingga efisiensi biaya.
Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, menegaskan bahwa dukungan tersebut merupakan bagian dari mandat transformasi perseroan. Ia menyampaikan, “Kami bukan sekadar memberikan pendanaan, namun kami hadir sebagai pemegang saham dengan mandat yang jelas dan pendekatan institusional”.
Dari sisi keuangan, Garuda berencana meningkatkan modal dan menggandeng mitra strategis melalui berbagai inisiatif korporasi. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat struktur permodalan sekaligus memperbaiki posisi ekuitas. Dengan dukungan pemegang saham dan strategi restrukturisasi, Garuda berupaya keluar dari tekanan keuangan yang membayangi beberapa tahun terakhir