February 24, 2025 By Rio Baressi
24 Februari 2025 – Fenomena hujan jelly yang dilaporkan terjadi di Desa Leyao, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, pada 15 Februari 2025 sempat menghebohkan masyarakat dan media sosial. Berita ini menyebutkan bahwa hujan berbentuk butiran jelly atau agar-agar turun selama 30 menit dengan intensitas deras. Namun, setelah dilakukan klarifikasi, fenomena ini ternyata bukan peristiwa alam, melainkan hoaks yang dipicu oleh serbuk mainan anak-anak.
Dalam sebuah video klarifikasi yang diunggah di Facebook oleh akun Santi Malahedi, dua perempuan mengungkap bahwa butiran jelly tersebut berasal dari serbuk mainan anak-anak. Mereka menjelaskan, serbuk tersebut berubah menjadi agar-agar setelah terkena air hujan. Anak-anak diketahui bermain dengan serbuk ini pada siang hari sebelum hujan turun, sehingga menimbulkan kesalahpahaman di malam harinya.
“Kami memohon maaf atas siaran langsung yang telah menimbulkan kegaduhan. Awalnya, kami juga terkejut melihat butiran jelly muncul setelah hujan,” jelas Santi dalam video klarifikasi yang diunggah pada 18 Februari 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak awal meragukan klaim tentang hujan jelly. Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menyebutkan bahwa fenomena serupa mungkin saja terjadi akibat partikel gelatin dari hewan laut atau pencemaran lingkungan. Namun, validitas klaim ini diragukan karena sangat jarang terjadi secara alami.
Prakirawan Stamet Djalaluddin Gorontalo, Naufal Pramudya Irawan, juga menyebut bahwa proses biologis, seperti partikel dari hewan laut yang terbawa angin, bisa menjadi penyebab. Namun, dalam kasus ini, hujan jelly di Desa Leyao ternyata bukan peristiwa alam.
Kasus hoaks hujan jelly di Gorontalo Utara menunjukkan betapa pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat. BMKG menegaskan bahwa setiap fenomena alam perlu diteliti secara menyeluruh sebelum dijadikan berita.