January 20, 2025 By Amandira Maharani
20 Januari 2025 – Aplikasi media sosial TikTok resmi diblokir di Amerika Serikat pada Jumat, 19 Januari 2025, menyusul keputusan final Mahkamah Agung AS. Pemblokiran ini mengakhiri perjalanan panjang platform video pendek yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari 170 juta pengguna di negara tersebut.
Mahkamah Agung AS mengeluarkan keputusan yang menegaskan konstitusionalitas undang-undang yang mengharuskan ByteDance, perusahaan induk TikTok, untuk menjual operasional platformnya di AS atau menghadapi pemblokiran. Keputusan ini menandai berakhirnya upaya panjang TikTok untuk mempertahankan operasinya di AS.
Dalam beberapa jam setelah pemblokiran, pengguna TikTok di AS melaporkan tidak dapat lagi mengakses aplikasi tersebut. Upaya untuk membuka aplikasi hanya menampilkan pesan error yang menginformasikan bahwa layanan tidak tersedia di wilayah mereka.
Sebelum pemblokiran resmi diberlakukan, muncul laporan mengejutkan dari Bloomberg bahwa pemerintah China mempertimbangkan untuk menjual TikTok kepada Elon Musk, miliarder teknologi yang saat ini menjadi orang terkaya di dunia dengan kekayaan lebih dari Rp6.783 triliun. Musk, yang telah sukses mengakuisisi Twitter (kini X) seharga US$44 juta pada 2022, dianggap sebagai kandidat potensial untuk mengambil alih operasional TikTok di AS.
Namun, laporan tentang potensi akuisisi oleh Musk segera dibantah oleh TikTok. Juru bicara perusahaan menyebut laporan tersebut sebagai “fiksi murni.” Meski demikian, spekulasi terus berkembang seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu pemblokiran. ByteDance sendiri telah mengajukan peringatan kepada Mahkamah Agung AS bahwa pemblokiran platform mereka dapat berdampak signifikan pada perusahaan lainnya.
Menghadapi ketidakpastian ini, pengguna TikTok di AS mulai mencari alternatif. RedNote, aplikasi media sosial asal China yang sebelumnya dikenal sebagai Xiaohongshu, muncul sebagai pilihan populer. Dalam waktu singkat, RedNote berhasil menduduki posisi teratas di Apple App Store AS, dengan lebih dari 700.000 pengguna baru bergabung dalam dua hari.
RedNote, yang didirikan pada 2013 oleh Charlwin Mao Wenchao dan Miranda Qu Fang, telah berkembang dari sekadar panduan belanja menjadi platform media sosial komprehensif dengan lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan. Platform ini menggabungkan elemen Instagram, Pinterest, dan e-commerce, menciptakan pengalaman unik bagi penggunanya.
Yang menarik, migrasi ke RedNote telah menciptakan fenomena pertukaran budaya yang tak terduga antara masyarakat AS dan China. Para “pengungsi TikTok” dari AS dengan antusias berinteraksi dengan pengguna China, berbagi momen kehidupan mereka, dan bahkan berpartisipasi dalam tradisi platform seperti “pajak kucing” – sebuah candaan di mana pengguna baru diminta membagikan foto hewan peliharaan mereka.
Para pengguna dari kedua negara menemukan cara kreatif untuk mengatasi hambatan bahasa dan perbedaan budaya. Seperti yang diungkapkan Sarah Fotheringham, pekerja kantin sekolah berusia 37 tahun dari Utah, RedNote telah membuka wawasannya tentang China dan masyarakatnya, memberikan perspektif baru yang sebelumnya tidak pernah ia lihat.
Situasi ini mencerminkan dinamika kompleks antara teknologi, politik, dan interaksi sosial di era digital. Sementara pemerintah AS terus menekankan kekhawatiran keamanan nasional, pengguna internet justru menunjukkan resistensi dengan beralih ke platform China lainnya. Fenomena ini mungkin akan membentuk lanskap media sosial global dalam waktu dekat, sekaligus menguji batas-batas regulasi teknologi di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat.