January 4, 2025 By Amandira Maharani
4 Januari 2025 – Bayangkan sebuah dunia di mana setiap detik empat nyawa baru hadir, sementara dua jiwa pergi meninggalkan kita. Setiap hembusan napas yang kita ambil, populasi Bumi bertambah satu hingga dua manusia baru. Dalam hitungan menit, sebuah desa kecil terlahir. Dalam sehari, sebuah kota baru tercipta. Inilah realitas pertumbuhan populasi dunia pada tahun 2024, di mana 8,16 miliar manusia berbagi ruang di planet ini, menciptakan dinamika demografis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia.
Dalam lanskap global yang terus berubah ini, beberapa negara muncul sebagai raksasa demografis, membentuk dan mempengaruhi arah perkembangan dunia. Dari koridor-koridor padat di Mumbai hingga lanskap urban Manhattan, dari pemukiman tradisional di pedesaan China hingga kawasan metropolitan Jakarta, kisah populasi dunia adalah kisah tentang adaptasi, tantangan, dan harapan manusia untuk masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan data World Population Review per Desember 2024, berikut adalah negara-negara dengan jumlah penduduk terbanyak:
Populasi dunia kini mencapai 8,16 miliar jiwa dengan pola pertumbuhan yang menakjubkan. Setiap detiknya, dunia menyaksikan 4,3 kelahiran dan 2 kematian, menghasilkan pertambahan bersih 2,3 orang per detik. Dalam hitungan menit, terjadi 258 kelahiran dan 120 kematian, sementara dalam satu jam terdapat 15.480 kelahiran dan 7.200 kematian. Perhitungan harian menunjukkan pertambahan sekitar 200.000 penduduk baru.
Rasio gender global menunjukkan 101,7 laki-laki untuk setiap 100 perempuan, menciptakan variasi demografis yang menarik. Qatar mencatatkan rasio tertinggi dengan 308,2 laki-laki per 100 perempuan akibat tingginya jumlah pekerja migran laki-laki. Latvia memiliki rasio terendah dengan 84,6 laki-laki per 100 perempuan, mencerminkan dampak jangka panjang dari Perang Dunia II. China memiliki rasio 105,3 laki-laki per 100 perempuan sebagai warisan kebijakan satu anak, sementara India mencatat 108,2 laki-laki per 100 perempuan.
Monako memegang rekor sebagai negara dengan populasi tertua, dengan median usia 55,4 tahun dan 33,2% penduduk berusia di atas 65 tahun. Jepang mengikuti dengan 29,1% populasi lansia, menghadirkan tantangan serius dalam sistem kesehatan dan pensiun. Di sisi lain, Niger menonjol sebagai negara termuda dengan median usia 14,8 tahun, diikuti Uganda dengan 47,2% penduduk di bawah 15 tahun.
Kepadatan penduduk global menunjukkan variasi ekstrem yang mencengangkan. Monako, dengan luas wilayah hanya 2,02 km², mencatatkan kepadatan 26.337 jiwa per kilometer persegi. Dhaka, ibu kota Bangladesh, menjadi kota terpadat dengan 23.234 jiwa per kilometer persegi di area urban. Sebaliknya, Mongolia hanya memiliki 2 jiwa per kilometer persegi, menjadikannya salah satu negara dengan kepadatan terendah di dunia.
Tingkat fertilitas global mengalami perubahan dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Niger mempertahankan posisi tertinggi dengan rata-rata 6,8 anak per wanita, sementara Korea Selatan mencatatkan rekor terendah dengan 0,78 anak per wanita. Singapura, Hong Kong, dan Macau juga mencatatkan angka di bawah 1,0 anak per wanita, mencerminkan transformasi sosial ekonomi yang signifikan.
Amerika Serikat tetap menjadi tujuan utama migrasi global dengan penerimaan rata-rata 1 juta imigran per tahun. Uni Emirat Arab mencatatkan persentase populasi migran tertinggi mencapai 88,1%, sementara China hanya 0,1%. Konflik global dan perubahan iklim telah mengakibatkan perpindahan 89,3 juta pengungsi di seluruh dunia.
Monako memimpin dengan harapan hidup tertinggi mencapai 89,4 tahun, kontras dengan Republik Afrika Tengah yang hanya mencapai 53,9 tahun. Kesenjangan 35 tahun ini mencerminkan disparitas global dalam akses kesehatan, nutrisi, dan standar hidup.
PBB memproyeksikan beberapa tonggak penting dalam pertumbuhan populasi global. Populasi 9 miliar diperkirakan tercapai pada 2037, dilanjutkan 10 miliar pada 2058. Namun, 50 negara diprediksi akan mengalami penurunan populasi antara 2024-2050, terutama di kawasan Eropa Timur dan Asia Timur. Tantangan utama akan mencakup penuaan populasi, migrasi massal akibat perubahan iklim, dan ketimpangan distribusi sumber daya.
Dinamika populasi global 2024 menggambarkan dunia yang mengalami transformasi demografis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertumbuhan tidak merata, perubahan struktur usia, dan pola migrasi yang kompleks menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi komunitas global. Pemahaman mendalam terhadap tren ini menjadi kunci dalam merencanakan masa depan yang berkelanjutan dan berkeadilan bagi seluruh umat manusia.
Related Tags & Categories :