July 25, 2025 By A G
25 Juli 2025 – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan tegas membantah berbagai narasi negatif yang menyebar luas mengenai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dalam pidatonya pada Green Impact Festival 2025 di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025), Gibran menyebut bahwa anggapan IKN dibangun dengan membabat hutan untuk mendirikan istana kepresidenan merupakan informasi yang menyesatkan.
“Dulu itu banyak sekali hoaks-hoaks tentang IKN. Jadi apa, oh membangun istana di tengah hutan, membabat hutan, itu salah ya,” tegas Gibran dalam acara yang dipantau melalui YouTube Wakil Sekretariat Presiden.
Pernyataan ini menjadi respons terhadap kritik dan skeptisisme yang telah beredar sejak tahun 2019, ketika Presiden Joko Widodo pertama kali mengumumkan rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Sejumlah pihak menuding proyek IKN sebagai ancaman ekologis dan simbol kekuasaan yang merusak alam.
Gibran memberikan penjelasan detail mengenai kondisi sebenarnya dari lokasi pembangunan IKN. Menurutnya, area yang dijadikan lokasi pembangunan bukanlah hutan primer yang dilindungi, melainkan kawasan hutan produksi eukaliptus yang memang dikelola secara komersial.
“Sudah tahu yang benar gimana? Disana itu ada hutan produksi eukaliptus yang memang setiap 6-7 tahun itu memang dipotong,” jelas Gibran. Ia menekankan bahwa pohon eukaliptus yang ada di kawasan tersebut memang ditanam untuk tujuan industri dan secara rutin dipanen dalam siklus 6-7 tahun.
Penjelasan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa pembangunan IKN tidak melibatkan penghancuran hutan alami atau ekosistem yang belum terganggu. Sebaliknya, lokasi tersebut sudah merupakan kawasan yang dikelola untuk kepentingan ekonomi dengan pola tanam dan tebang yang telah berlangsung secara berkelanjutan.
Yang lebih menarik dari penjelasan Gibran adalah komitmen pemerintah untuk tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga melakukan rehabilitasi ekosistem di kawasan IKN. Pemerintah berkomitmen mengembalikan kawasan IKN menjadi hutan alami yang lebih beragam dan berkelanjutan.
“Jadi sekarang kita bangun IKN di sana, terus akan kita kembalikan lagi ke ini apa, ya sebagai hutan heterogen dengan pohon-pohon endemik asli Kalimantan,” ungkap Gibran dengan antusias.
Program rehabilitasi ini melibatkan penanaman berbagai jenis pohon endemik Kalimantan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi. Beberapa spesies yang akan ditanam antara lain pohon ulin, meranti, dan tengkawang. Pohon-pohon ini tidak hanya memiliki nilai konservasi yang tinggi, tetapi juga merupakan kekayaan hayati asli Kalimantan yang perlu dilestarikan.
Salah satu bukti nyata komitmen pemerintah terhadap kelestarian lingkungan adalah pembangunan nursery center atau pusat persemaian di kawasan IKN. Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi yang sangat besar, yaitu 15 juta bibit per tahun.
“Ini salah satu persemaian atau nursery center yang ada di IKN. Kapasitasnya 15 juta bibit per tahun. Ada juga yang di Jawa Barat, kapasitasnya hampir sama,” jelas Gibran. Ia menambahkan bahwa jika ditotal seluruh persemaian yang ada di Indonesia, kapasitas produksi bibit mencapai 83 juta per tahun.
Angka ini menunjukkan skala besar upaya pemerintah dalam program penghijauan dan rehabilitasi hutan. Nursery center di IKN tidak hanya berfungsi untuk kebutuhan lokal, tetapi juga mendukung program konservasi nasional.
Gibran juga menyampaikan pencapaian positif lainnya dalam upaya pelestarian lingkungan di Kalimantan. Menurutnya, masalah kebakaran hutan yang sempat menjadi isu besar telah mengalami penurunan drastis dalam satu dekade terakhir.
“Masalah kebakaran hutan sudah sangat berkurang sekali dibandingkan 10 tahun yang lalu. Pengurangannya sampai 85 persen,” ungkap Gibran dengan bangga. Pencapaian ini menunjukkan efektivitas program pengendalian kebakaran hutan yang telah dijalankan pemerintah.
Meskipun Gibran memberikan penjelasan komprehensif mengenai aspek lingkungan IKN, proyek ini masih menghadapi tantangan politik dan finansial. Partai NasDem, melalui Wakil Ketua Umumnya Saan Mustopa, mengusulkan adanya moratorium pembangunan IKN dengan mempertimbangkan kemampuan fiskal dan prioritas nasional.
“Moratorium itu dengan mempertimbangkan kemampuan fiskal dan prioritas nasional,” ujar Saan Mustopa dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (18/7/2025). Usulan ini muncul setelah pemerintah mengurangi alokasi dana pembangunan IKN sebesar Rp 1,15 triliun pada tahun anggaran 2025.
Partai NasDem juga menyarankan agar IKN dapat digunakan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur sambil menegaskan kembali Jakarta sebagai Ibu Kota Negara melalui revisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Di tengah diskusi mengenai IKN, Gibran juga menyampaikan kondisi terkini perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 4,7 sampai 4,8 persen di kuartal pertama 2025, dengan inflasi yang terkendali di angka 1,8 persen secara tahunan.
“Pekerjaan rumah sekarang adalah keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) dengan menambah nilai tambah di dalam negeri,” kata Gibran, menunjukkan visi jangka panjang pemerintah dalam pembangunan ekonomi.
Dalam kesempatan yang sama, Gibran mengapresiasi kontribusi generasi muda yang semakin peduli terhadap kelestarian lingkungan. Kepedulian ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang selalu menekankan aspek lingkungan, sosial, dan keberlanjutan dalam pelaksanaan program pemerintahan.
“Hari ini banyak sekali anak-anak muda, saya berterima kasih sekali, anak-anak muda sekarang hampir semuanya bawa tumbler ke kampus, ke kantor, bawa kontainer sendiri. Kalau belanja, pakai, bawa tas belanja sendiri, mengurangi penggunaan sedotan plastik,” ungkap Gibran dengan antusias.
Ia juga menyatakan kegembiraan melihat banyak anak muda yang menggunakan transportasi umum seperti Transjakarta, yang menunjukkan komitmen mereka terhadap gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Pernyataan Gibran ini menjadi klarifikasi penting atas berbagai narasi negatif yang berkembang mengenai pembangunan IKN. Dengan penjelasan yang detail dan data konkret, Gibran menegaskan bahwa proyek IKN tidak hanya berorientasi pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada pemulihan lingkungan dan keberlanjutan ekosistem. Komitmen pemerintah terhadap rehabilitasi hutan dan program konservasi menunjukkan bahwa pembangunan dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan dalam mewujudkan ibu kota baru yang berkelanjutan.