Leet Media

Battle Sound Horeg di Laut Jawa Timur Ancam Keselamatan Biota Laut

May 18, 2025 By Abril Geralin

18 Mei 2025 – Persaingan memutar musik dengan volume ekstrem yang awalnya hanya tren di daratan kini merambah wilayah perairan Jawa Timur, menghadirkan ancaman serius bagi kehidupan bawah laut. Fenomena yang dikenal dengan “battle sound horeg” ini telah memicu keprihatinan dari berbagai kalangan karena potensi dampaknya yang berbahaya terhadap ekosistem laut.

Dari Darat ke Laut: Perjalanan Tren Battle Sound Horeg

Source: Horeg Porbolinggo

Battle sound horeg, awalnya populer sebagai ajang kompetisi memutar musik dengan volume ekstrem di acara-acara darat seperti hajatan atau festival, kini telah berekspansi ke wilayah perairan. Video viral baru-baru ini menunjukkan beberapa kelompok nelayan di Kabupaten Pasuruan tepatnya Dusun Pasir Panjang, Desa Wates, Kecamatan Nguling, dan Desa Semedusari, Kecamatan Lekok menyelenggarakan pertunjukan sound horeg di atas kapal saat perayaan kupatan.

Yang mengejutkan, para nelayan tidak sekadar memutar musik dengan speaker biasa, melainkan menggunakan sistem audio berskala besar setara dengan peralatan konser yang dipasang di atas kapal. Suara yang dihasilkan oleh sistem audio ini bisa mencapai 135 desibel, jauh melampaui ambang batas aman untuk pendengaran manusia yang berada di angka 85 desibel.

Sebagai perbandingan, suara pada tingkat 120 desibel atau lebih dapat menyebabkan gangguan pendengaran serius pada manusia dalam waktu singkat, dan level 135 desibel setara dengan suara lepas landas pesawat jet dari jarak dekat. Di laut, level kebisingan seperti ini tentu menimbulkan masalah yang jauh lebih kompleks.

Dampak Serius Terhadap Kehidupan Laut

Lembaga kelautan Amerika Serikat, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), telah menyatakan bahwa kebisingan seperti ini bisa menimbulkan dampak serius bagi kehidupan laut, terutama mamalia seperti lumba-lumba, dugong, dan hiu paus.

Gangguan pada Mamalia Laut

Mamalia laut sangat bergantung pada suara untuk berbagai aspek kehidupannya, mulai dari navigasi, mencari makan, hingga berkomunikasi. Paparan suara keras dapat:

Aipda Laswanto dari Kasubnit Lidik Polairud Pasuruan menegaskan bahwa kebisingan akibat sound horeg merupakan salah satu penyebab mamalia laut terdampar. “Terkait aturan larangan sound horeg di laut memang belum ada, tapi secara ekologi mengganggu kehidupan biota laut,” terangnya.

Kerusakan pada Terumbu Karang

Source: Kata Data

Tidak hanya hewan laut besar yang terkena dampak, getaran suara keras juga dapat menyebabkan kerusakan fisik pada struktur halus seperti terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem penting yang menjadi rumah bagi lebih dari 25% spesies laut, termasuk ikan, udang, kepiting, dan invertebrata lainnya. Getaran kuat dari musik dapat menyebabkan karang pecah, stres, atau bahkan berhenti tumbuh.

Mengganggu Kehidupan Ikan

Ikan sangat peka terhadap suara dan getaran. Kebisingan ekstrem dari sound horeg dapat menyebabkan:

Akibatnya, nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan di laut pun ikut merasakan dampak negatif. Beberapa nelayan di kawasan pesisir melaporkan penurunan hasil tangkapan yang drastis setelah adanya aktivitas sound horeg di daerah mereka.

Status Hukum dan Respons Otoritas

Source: Kompas.com

Meskipun fenomena battle sound horeg di laut sudah mulai viral dan menuai kritik, ternyata kegiatan ini masih belum diatur secara khusus dalam regulasi Indonesia. UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup maupun UU Kelautan lebih fokus pada pencemaran kimia, bukan polusi suara.

Kegiatan sound horeg yang digelar di laut Pasuruan saat kupatan juga diketahui belum mengantongi izin dari kepolisian. Meski dalam pengamatan polisi, sound horeg tersebut tidak sampai masuk jauh ke laut karena keterbatasan kapal yang tidak mampu menahan beban peralatan sound system yang berat dan kondisi ombak yang terlalu besar.

“Kalau dipaksakan masuk lebih jauh ke laut, tentu akan berpotensi terjadi kecelakaan laut,” tambah Aipda Laswanto. Menanggapi fenomena ini, pihak kepolisian menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan tersebut, mengingat sejak viralnya sound horeg di laut atau pantai, banyak menimbulkan penilaian negatif.

Pembelajaran dari Kasus Sound Horeg di Daratan

Sound horeg sebenarnya sudah menimbulkan masalah di wilayah daratan. Di beberapa daerah, khususnya selama bulan Ramadan, penggunaan sound horeg untuk membangunkan sahur telah dilarang. Di Grobogan, Jawa Tengah, polisi bahkan menyita perangkat sound horeg yang mengganggu ketenangan warga. Sementara di Malang, Jawa Timur, Polres setempat secara tegas melarang penggunaan sound horeg selama sahur on the road.

AKBP Danang Setiyo, Kapolres Malang, menyatakan, “Jika ada yang melanggar, kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas sesuai aturan yang berlaku.” Hal ini menunjukkan pentingnya ketegasan aparat dalam menangani fenomena yang berpotensi mengganggu ketertiban umum prinsip yang juga perlu diterapkan untuk kasus sound horeg di laut.

Solusi dan Langkah Ke Depan

Untuk mengatasi permasalahan ini, beberapa langkah penting yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Edukasi kepada Masyarakat Pesisir
    Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan LSM lingkungan untuk memberikan pemahaman kepada nelayan tentang dampak kebisingan terhadap ekosistem laut.
  2. Penyusunan Regulasi Khusus
    Indonesia perlu segera menyusun peraturan yang mengatur batas kebisingan di laut, termasuk standar maksimum kebisingan, pengawasan aktivitas kapal, dan sanksi bagi pelanggar.
  3. Alternatif Hiburan Ramah Lingkungan
    Mendorong komunitas pesisir untuk menciptakan hiburan alternatif yang tidak merusak lingkungan, seperti pertunjukan seni tradisional atau lomba tangkap ikan ramah lingkungan.
  4. Pengawasan dan Penegakan Hukum
    Koordinasi antara Polairud dan Dinas Perikanan untuk mengawasi aktivitas di laut dan menindak tegas pelanggaran yang berpotensi merusak ekosistem laut.

Fenomena battle sound horeg yang merambah ke laut menjadi pengingat bahwa tidak semua tren patut diikuti. Laut bukan tempat hiburan pribadi, melainkan rumah bagi jutaan spesies yang saling bergantung satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh akun Instagram @saveoceanid, “Laut bukan diskotek. Biarkan ikan hidup dengan tenang di habitatnya. Kita bisa bersenang-senang tanpa mengganggu mereka.”

Sebagai generasi muda yang peduli lingkungan, mari kita bijak dalam menikmati laut dan menjaganya sebagai warisan untuk generasi mendatang. Sudah saatnya semua pihak pemerintah, masyarakat, akademisi, dan aktivis lingkungan bersatu untuk melindungi laut dari berbagai bentuk pencemaran, termasuk polusi suara.