Leet Media

Banjir Rob Jakarta Kembali Terjadi, Waktunya Realisasikan Giant Sea Wall?

December 17, 2024 By Abril Geralin

17 Desember 2024 – Banjir rob kembali melanda kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, dengan ketinggian air mencapai 60 cm pada beberapa titik. Fenomena ini terjadi akibat pasang air laut yang tinggi dan diperparah oleh berbagai faktor lingkungan serta infrastruktur yang belum optimal. Banjir rob yang berulang di wilayah pesisir Jakarta ini menimbulkan dampak serius bagi masyarakat setempat, baik dari segi ekonomi, kesehatan, maupun mobilitas sehari-hari.

Apa Itu Banjir Rob?

Source: Kompas.com

Banjir rob adalah peristiwa banjir yang terjadi akibat pasang air laut yang meluap ke daratan. Fenomena ini umumnya melanda wilayah pesisir atau dataran rendah yang berada dekat dengan laut. Banjir rob sering kali terjadi ketika permukaan air laut naik, terutama dipicu oleh:

  1. Pasang Surut Bulanan: Pergerakan pasang surut air laut yang dipengaruhi oleh posisi bulan dan matahari.
  2. Fenomena Perubahan Iklim: Meningkatnya suhu global menyebabkan es di kutub mencair, sehingga volume air laut meningkat.
  3. Penurunan Permukaan Tanah: Wilayah pesisir Jakarta, termasuk Muara Angke, mengalami penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan.
  4. Curah Hujan Tinggi: Hujan deras yang terjadi bersamaan dengan pasang air laut memperburuk kondisi banjir rob.

Penyebab Banjir Rob di Muara Angke

Muara Angke adalah salah satu wilayah di Jakarta Utara yang sering terdampak banjir rob. Beberapa penyebab utama fenomena ini antara lain:

  1. Kenaikan Permukaan Air Laut Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), permukaan air laut terus mengalami kenaikan akibat pemanasan global. Hal ini memicu frekuensi banjir rob yang semakin tinggi.
  2. Penurunan Tanah (Land Subsidence) Jakarta Utara, termasuk Muara Angke, mengalami penurunan tanah sekitar 5-10 cm per tahun. Penurunan ini terjadi akibat penggunaan air tanah yang tidak terkendali dan beban infrastruktur yang berat di atas permukaan tanah.
  3. Kurangnya Infrastruktur Penahan Air Sistem drainase di Muara Angke masih terbatas dan tidak mampu mengalirkan air dengan cepat. Selain itu, tanggul laut yang ada belum sepenuhnya mampu menahan air pasang yang tinggi.
  4. Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim Cuaca ekstrem, seperti badai laut dan gelombang tinggi, semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global. Hal ini memperburuk kondisi banjir rob di wilayah pesisir.
  5. Penurunan Vegetasi Pantai Hilangnya mangrove dan vegetasi alami di pesisir membuat daerah tersebut kehilangan pelindung alami dari gelombang laut dan abrasi. Vegetasi pantai berperan penting dalam menyerap air laut dan mengurangi dampak banjir rob.

Dampak Banjir Rob bagi Masyarakat Muara Angke

Banjir rob yang berulang memberikan dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat di Muara Angke. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  1. Kerugian Ekonomi Banjir rob sering kali merendam rumah, tempat usaha, dan akses jalan, sehingga menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Para nelayan, yang mayoritas penduduk Muara Angke, juga kesulitan melaut akibat kondisi banjir dan cuaca ekstrem.
  2. Gangguan Kesehatan Air banjir rob seringkali bercampur dengan limbah dan air kotor, sehingga berpotensi menyebarkan penyakit seperti diare, gatal-gatal, dan infeksi kulit. Lingkungan yang lembap juga memicu perkembangan nyamuk penyebab demam berdarah.
  3. Kerusakan Infrastruktur Jalan, jembatan, dan rumah warga sering mengalami kerusakan akibat terendam air dalam waktu yang lama. Perbaikan infrastruktur menjadi beban tambahan bagi pemerintah dan masyarakat.
  4. Penurunan Kualitas Hidup Banjir rob yang terjadi secara rutin membuat masyarakat harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Banyak keluarga terpaksa mengungsi atau hidup dalam kondisi yang minim fasilitas.

Langkah Solusi Mengatasi Banjir Rob

Untuk mengatasi banjir rob di Muara Angke dan wilayah pesisir lainnya, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Pembangunan dan Perbaikan Tanggul Laut Pemerintah perlu mempercepat pembangunan tanggul laut yang lebih kokoh dan tinggi untuk mencegah air pasang masuk ke daratan. Proyek tanggul raksasa atau Giant Sea Wall dapat menjadi solusi jangka panjang.
  2. Meningkatkan Sistem Drainase Perbaikan sistem drainase di kawasan Muara Angke sangat diperlukan untuk mengalirkan air lebih cepat ke laut. Selain itu, pembangunan pompa air juga membantu mengurangi genangan banjir.
  3. Penghentian Eksploitasi Air Tanah Penurunan muka tanah bisa dikurangi dengan menghentikan pengambilan air tanah secara berlebihan. Sebagai alternatif, pemerintah perlu menyediakan air bersih melalui jaringan perpipaan yang memadai.
  4. Restorasi Hutan Mangrove Penanaman kembali hutan mangrove di sepanjang pesisir dapat membantu mengurangi abrasi dan menahan gelombang laut. Vegetasi mangrove juga mampu menyerap air secara alami.
  5. Adaptasi Masyarakat Masyarakat pesisir perlu mendapatkan edukasi tentang cara beradaptasi dengan banjir rob, seperti meninggikan bangunan rumah, menggunakan peralatan tahan air, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
  6. Mitigasi Perubahan Iklim Langkah global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca harus terus digalakkan untuk menghambat kenaikan suhu bumi yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut.

Solusi Pemerintahan Kota

Sementara itu, langkah jangka panjang yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir rob adalah terus menggenjot pembangunan tanggul pengaman pantai melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A sepanjang 39 kilometer yang merupakan program sinergi dengan Kementrian PU untuk mencegah air laut masuk ke daratan saat pasang laut terjadi

Untuk mengatasi masalah banjir rob, pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan Giant Sea Wall yang membentang dari Jakarta hingga Gresik. Proyek ini bertujuan untuk melindungi wilayah pesisir utara Jawa dari intrusi air laut.

Efektivitas dan Tantangan

Meskipun proyek ini menjanjikan perlindungan terhadap banjir rob, beberapa tantangan perlu diperhatikan:

Banjir rob di Jakarta merupakan masalah kompleks yang memerlukan solusi komprehensif. Pembangunan Giant Sea Wall Jakarta-Gresik dapat menjadi bagian dari solusi, namun harus diimbangi dengan upaya restorasi ekologis dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk mencapai hasil yang optimal.

Harapan ke Depan

Banjir rob di Muara Angke bukan hanya menjadi tantangan lokal, tetapi juga masalah yang mencerminkan dampak perubahan iklim global dan pengelolaan lingkungan yang belum optimal. Dengan adanya langkah-langkah pencegahan yang serius, seperti pembangunan tanggul laut, restorasi mangrove, dan perbaikan drainase, diharapkan dampak banjir rob dapat diminimalkan.

Selain itu, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan pesisir yang lebih tangguh. Dengan solusi yang tepat dan komitmen bersama, harapan untuk mengurangi frekuensi banjir rob dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir bisa diwujudkan.

Sebagai warga, menjaga lingkungan sekitar, tidak membuang sampah sembarangan, dan mendukung upaya restorasi pesisir adalah langkah kecil yang berdampak besar dalam mengatasi banjir rob di masa depan.