April 28, 2025 By Diva Permata Jaen
28 April 2025 – Tragedi memilukan melanda Australia ketika lebih dari 700 koala dilaporkan ditembak mati oleh pemerintah negara bagian Victoria. Langkah ini menuai kecaman keras dari para aktivis hewan, mempertanyakan kebijakan dan metode yang digunakan dalam menangani dampak kebakaran hutan. Artikel ini membahas secara mendalam latar belakang, kontroversi, serta solusi berkelanjutan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kebakaran Hutan Menghancurkan Habitat Alami
Kebakaran hutan dahsyat yang dipicu oleh sambaran petir telah melalap lebih dari 2.000 hektar taman nasional di kawasan Budj Bim, Victoria barat daya. Akibatnya, habitat alami koala rusak parah, menimbulkan kekhawatiran besar akan kelaparan dan dehidrasi massal di antara populasi satwa ikonik tersebut.
Sebagai respons, Departemen Energi, Lingkungan, dan Aksi Iklim (DEECA) mengerahkan penembak jitu dari helikopter untuk melakukan pemusnahan terhadap koala yang dianggap terluka parah. Tindakan ini diklaim sebagai upaya penyelamatan, meskipun metode yang digunakan mengundang kontroversi luas.
Hingga saat ini, lebih dari 700 koala telah dilaporkan dibunuh. Para aktivis hewan memperingatkan bahwa angka ini kemungkinan besar akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Mereka mempertanyakan akurasi penilaian kondisi kesehatan koala yang dilakukan dari udara, menilai bahwa pendekatan ini rentan terhadap kesalahan fatal.
Jess Robertson, presiden Koala Alliance, menyatakan keprihatinannya terhadap metode yang digunakan. Ia menegaskan bahwa mustahil untuk secara akurat menilai kondisi seekor koala dari jarak jauh menggunakan helikopter.
Pernyataan Perdana Menteri Victoria
Perdana Menteri Victoria, Jacinta Allan, membela kebijakan pemerintahnya. Menurutnya, penilaian ekstensif telah dilakukan, dan keputusan diambil berdasarkan saran ahli satwa liar. Ia menegaskan bahwa koala-koala tersebut berada dalam kondisi luka parah dan mengalami tekanan luar biasa, sehingga langkah pemusnahan dianggap perlu untuk mengurangi penderitaan.
“Setelah memeriksa keadaan, pendekatan ini dianggap sebagai cara untuk benar-benar mengenali bahwa koala dalam keadaan sangat tertekan,” kata Allan.
Kritik dari Para Peneliti dan Aktivis
Namun, para peneliti koala seperti Dr. Rolf Schlagloth dari CQUniversity Australia menyatakan keprihatinannya. Ia menganggap kebijakan ini sebagai bagian dari rangkaian panjang salah urus spesies dan habitatnya. Menurutnya, metode pemusnahan dari udara tidak manusiawi dan sangat tidak pandang bulu.
Dr. Schlagloth menambahkan bahwa dalam situasi di mana hewan terluka parah, metode eutanasia yang dilakukan dengan suntik mati seharusnya menjadi pilihan terakhir, bukan pembunuhan massal dari udara yang berpotensi membunuh koala yang masih sehat.
Pentingnya Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Mencegah terulangnya tragedi serupa memerlukan pendekatan jangka panjang dalam pengelolaan hutan. Dr. Schlagloth menekankan pentingnya menjaga habitat koala yang luas, sehat, dan saling terhubung. Ia juga mengingatkan bahwa perkebunan pohon blue gum, yang menjadi sumber makanan penting bagi koala, harus dikelola dengan mempertimbangkan keberadaan satwa tersebut.
Pengelolaan hutan yang lebih berkelanjutan dapat membantu mengurangi risiko kebakaran besar di masa depan. Upaya ini tidak hanya akan melindungi koala, tetapi juga memperkuat ekosistem secara keseluruhan.
Aktivis dari Koala Alliance menyerukan transparansi yang lebih besar dalam kebijakan pemusnahan satwa liar. Mereka mendesak pemerintah untuk melibatkan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan, meningkatkan edukasi tentang perlindungan satwa, serta mengadopsi metode yang lebih manusiawi dalam menangani krisis ekologi.
Tragedi penembakan 700 koala di Australia membuka mata dunia terhadap tantangan besar dalam konservasi satwa liar di tengah krisis iklim. Meskipun niat pemerintah mungkin untuk mengurangi penderitaan, metode yang digunakan telah memicu kemarahan luas dan menimbulkan pertanyaan serius tentang etika dan efektivitasnya. Hanya dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, perlindungan habitat yang lebih baik, dan kebijakan yang transparan, nasib koala dapat diselamatkan di masa depan.