Leet Media

Asap Minyak Goreng Tingkatkan Risiko Kanker Paru-Paru pada Perempuan

August 10, 2025 By A G

10 Agustus 2025 – Bagi banyak perempuan Asia, kegiatan memasak di dapur merupakan rutinitas harian yang tak terpisahkan dari kehidupan rumah tangga. Namun, tahukah Anda bahwa aktivitas memasak yang tampak sederhana ini ternyata menyimpan risiko kesehatan serius? Sebuah temuan mengejutkan menunjukkan bahwa asap minyak goreng yang dihasilkan saat memasak, khususnya saat menumis, dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada perempuan secara signifikan.

Temuan ini bukan sekadar spekulasi, melainkan hasil dari penelitian ilmiah komprehensif yang melibatkan ribuan partisipan di berbagai negara Asia. Yang lebih mengkhawatirkan, risiko ini berlaku untuk semua perempuan, baik yang merokok maupun yang tidak pernah merokok sama sekali.

Bukti Ilmiah dari Meta-Analisis Besar-Besaran

Source: Nakita

Dr. dr. Desdiani Sp.P, MKK, MSc (MBioEt), pakar kesehatan pernapasan dari IPB University, memaparkan hasil meta-analisis yang mencengangkan. Penelitian ini menganalisis 23 studi ilmiah yang terdiri dari 2 studi kohort retrospektif dan 21 studi kasus-kontrol, memberikan dasar bukti yang kuat untuk temuan ini.

“Sebuah meta-analisis terbaru dari 23 studi menemukan bahwa asap minyak goreng dikaitkan dengan risiko kanker paru di kalangan wanita tanpa memandang status merokok,” ungkap dosen Fakultas Kedokteran IPB University ini. Temuan ini sangat signifikan karena menunjukkan bahwa paparan asap minyak goreng, terutama saat proses menumis tanpa alat penghisap asap (ekstraktor), menjadi faktor risiko independen untuk kanker paru-paru.

Studi epidemiologis yang dilakukan di beberapa negara Asia seperti Tiongkok, Taiwan, dan Singapura menunjukkan hasil yang konsisten. Data dari berbagai populasi ini memperkuat bukti bahwa paparan asap minyak goreng, terutama tanpa adanya ventilasi atau alat penghisap asap yang memadai, berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker paru-paru pada perempuan.

Jenis Minyak Goreng dan Tingkat Risikonya

Source: Suara Buruh

Tidak semua minyak goreng memberikan tingkat risiko yang sama. Dalam 23 studi yang dianalisis, berbagai jenis minyak goreng ditelaah secara mendalam untuk memahami perbedaan tingkat bahayanya. Hasil penelitian menunjukkan variasi risiko yang cukup signifikan antar jenis minyak.

Peningkatan risiko kanker paru yang lebih tinggi dilaporkan pada penggunaan minyak lobak dibandingkan dengan minyak biji rami. Demikian pula, minyak lemak babi menunjukkan risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak sayur konvensional. Temuan ini memberikan petunjuk penting bagi konsumen dalam memilih jenis minyak goreng yang lebih aman untuk digunakan dalam aktivitas memasak sehari-hari.

Perbedaan tingkat risiko ini kemungkinan berkaitan dengan komposisi kimia masing-masing minyak dan cara mereka bereaksi ketika dipanaskan pada suhu tinggi. Beberapa jenis minyak cenderung menghasilkan lebih banyak senyawa berbahaya ketika terpapar panas ekstrem, sementara yang lain relatif lebih stabil.

Mekanisme Kerusakan Sel Akibat Asap Minyak Goreng

Dr. Desdiani menjelaskan secara rinci bagaimana asap minyak goreng dapat memicu kanker paru-paru melalui mekanisme kerusakan sel yang kompleks. Pemahaman tentang mekanisme ini penting untuk menyadari betapa seriusnya ancaman yang selama ini terabaikan.

Salah satu senyawa mutagenik utama dalam asap minyak goreng adalah trans trans-2,4-decadienal (tt-2,4-DDE). Senyawa ini telah terbukti secara ilmiah mengurangi tingkat kelangsungan hidup sel eritroleukemia manusia dan menyebabkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada DNA kromosom. Ketika DNA mengalami kerusakan berulang tanpa perbaikan yang memadai, risiko mutasi sel meningkat drastis, yang dapat berkembang menjadi sel kanker.

Selain itu, senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang terbentuk saat minyak goreng dipanaskan pada suhu tinggi juga diidentifikasi sebagai faktor karsinogenik utama. PAH merupakan kelompok senyawa kimia yang dikenal memiliki sifat karsinogenik dan dapat memicu berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru.

“Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang berasal dari minyak goreng yang dipanaskan pada suhu tinggi bisa menjadi faktor penyebab Lung Cancer in Never Smokers (LCINS), khususnya di kalangan perempuan Asia,” jelas Dr. Desdiani. Istilah LCINS mengacu pada kanker paru-paru yang terjadi pada individu yang tidak pernah merokok, fenomena yang semakin banyak ditemukan di Asia.

Relevansi Khusus di Kawasan Asia

Temuan ini memiliki relevansi yang sangat tinggi di kawasan Asia, termasuk Indonesia, mengingat pola masak dan kebiasaan kuliner yang umumnya melibatkan proses menumis dengan suhu tinggi. Banyak perempuan Asia yang masih aktif memasak di rumah tanpa perlindungan memadai terhadap asap, baik karena keterbatasan fasilitas maupun kurangnya kesadaran akan bahaya yang mengintai.

Budaya memasak Asia yang kaya akan teknik tumis dan goreng-menggoreng dengan api besar menciptakan paparan asap minyak goreng yang intens dan berkepanjangan. Dalam banyak rumah tangga Asia, dapur masih menggunakan sistem ventilasi tradisional yang kurang efektif dalam mengeluarkan asap berbahaya.

Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa banyak perempuan menghabiskan waktu berjam-jam di dapur setiap hari, memasak untuk keluarga besar dengan intensitas yang tinggi. Paparan kumulatif selama bertahun-tahun inilah yang kemudian meningkatkan risiko kanker paru-paru secara signifikan.

Strategi Pencegahan dan Mitigasi Risiko

Menghadapi temuan yang mengkhawatirkan ini, Dr. Desdiani menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan konkret yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pencegahan yang efektif tidak memerlukan perubahan drastis dalam pola masak, tetapi lebih pada modifikasi teknis dan kebiasaan.

“Penggunaan ekstraktor asap saat memasak merupakan langkah kritis,” ujar Dr. Desdiani. Instalasi sistem ventilasi yang baik, termasuk exhaust fan atau range hood yang berkualitas, dapat secara signifikan mengurangi konsentrasi asap berbahaya di dalam dapur. Investasi dalam peralatan ini sebanding dengan manfaat jangka panjang untuk kesehatan.

Selain pemasangan alat penghisap asap, Dr. Desdiani juga menganjurkan penggunaan metode memasak alternatif yang dapat mengurangi paparan senyawa karsinogenik. Teknik memasak seperti merebus, mengukus, atau memanggang dengan suhu sedang dapat menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan menumis dengan minyak dalam jumlah banyak.

Modifikasi lain yang bisa diterapkan termasuk penggunaan minyak dengan titik asap yang tinggi, memasak dengan suhu yang tidak terlalu tinggi, dan memastikan sirkulasi udara yang baik di area dapur. Penggunaan masker saat memasak juga dapat memberikan perlindungan tambahan, meskipun tidak menggantikan pentingnya ventilasi yang baik.

Pentingnya Edukasi dan Perubahan Kebiasaan

Dr. Desdiani mengingatkan bahwa edukasi publik dan perubahan kebiasaan memasak menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko kanker paru-paru yang selama ini tidak disadari banyak orang. Banyak perempuan yang belum mengetahui bahaya asap minyak goreng dan terus melakukan aktivitas memasak tanpa perlindungan yang memadai.

Program edukasi kesehatan perlu diperluas untuk menjangkau rumah tangga di seluruh Indonesia, khususnya di daerah pedesaan di mana akses informasi kesehatan masih terbatas. Penyuluhan tentang bahaya asap minyak goreng perlu diintegrasikan dalam program kesehatan masyarakat, termasuk posyandu dan puskesmas.

Perubahan kebiasaan ini tidak hanya bermanfaat untuk perempuan dewasa, tetapi juga melindungi anak-anak dan anggota keluarga lain yang turut terpapar asap dapur. Menciptakan lingkungan dapur yang lebih sehat akan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang bagi seluruh keluarga.

Temuan penelitian ini memberikan peringatan penting bahwa aktivitas sehari-hari yang tampak tidak berbahaya ternyata dapat menyimpan risiko kesehatan serius. Dengan meningkatkan kesadaran dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko kanker paru-paru akibat paparan asap minyak goreng dapat diminimalkan secara signifikan.