October 25, 2025 By pj

25 Oktober 2025 – Arab Saudi tengah menggarap proyek kereta cepat raksasa senilai US$7 miliar atau sekitar Rp116 triliun. Jalur ini akan membentang 1.500 kilometer, menghubungkan Jeddah di Laut Merah dengan Dammam di Teluk Persia melalui Riyadh, melampaui panjang kereta cepat Indonesia Whoosh yang hanya 142,3 km.
Proyek ambisius ini dijuluki Land Bridge atau “Jembatan Darat”, dan disebut sebagai “keajaiban gurun”. Mengutip Gulf News, pembangunan rel ini akan memangkas waktu tempuh Riyadh–Jeddah dari 12 jam menjadi kurang dari empat jam.
Dengan tambahan jalur baru ini, jaringan kereta nasional Saudi akan meluas dari 5.300 kilometer menjadi lebih dari 8.000 kilometer, memperkuat posisi kerajaan sebagai pusat logistik dan transportasi utama kawasan Teluk dan Arab.
“Sebagai bagian dari upaya modernisasinya, SAR telah memesan 15 kereta baru yang mampu mencapai kecepatan hingga 200 kilometer per jam,” tulis laporan tersebut.
Kereta cepat menjadi bagian dari Visi Saudi 2030, agenda nasional yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak serta mendorong ekonomi berkelanjutan.
Selain Land Bridge, kerajaan juga menyiapkan proyek mewah “Mimpi Gurun” (Dream of the Desert), rute wisata sepanjang 1.290 kilometer dari Riyadh ke Qurayyat yang menawarkan pemandangan lanskap alam Arab Saudi.
Rencana ekspansi ini juga mencakup pengembangan kereta bertenaga hidrogen, sejalan dengan komitmen kerajaan terhadap energi bersih dan transportasi berkelanjutan. Antusiasme publik pun tinggi, dengan lebih dari 2,6 juta penumpang menaiki kereta api Saudi hanya pada kuartal kedua tahun 2025.
“Arab Saudi terus maju menuju masa depan transportasi darat, udara, dan laut yang terintegrasi, dengan tujuan menjadikan Kerajaan sebagai jantung transportasi di Timur Tengah,” tulis Gulf News.
Pembangunan proyek Land Bridge ditargetkan rampung pada Desember 2030 dan kini tengah dalam proses konstruksi. Meski demikian, tarif tiket masih belum diumumkan.
Sebagai perbandingan, tiket kelas ekonomi Jalur Haramain High-Speed saat ini berkisar mulai dari US$11 (Rp183 ribu) hingga US$40 (Rp665 ribu) untuk perjalanan jauh.
Tiket nantinya bisa dibeli melalui situs resmi Saudi Railway Company atau aplikasi seluler, lengkap dengan kode QR setelah pembayaran selesai.
Biaya proyek Arab Saudi kerap dibandingkan dengan Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang mencapai US$7,26 miliar (Rp119,79 triliun) meski panjangnya hanya 142,3 km.
Menurut Ketua LPJK Kementerian Pekerjaan Umum, Taufik Widjojono, hal ini wajar karena “karakteristik dan kompleksitas proyek di setiap negara berbeda secara signifikan.”
Ia menegaskan, biaya tinggi di Indonesia disebabkan kerumitan pembebasan tanah serta jenis teknologi konstruksi seperti struktur layang dan terowongan yang mendominasi jalur Whoosh.
“Bangunan jalan rel dengan struktur jembatan atau layang jauh lebih mahal dibandingkan pembangunan di atas tanah,” ujar Taufik.
Whoosh memiliki trase 142,3 km dengan struktur elevated 58,5% dan terowongan 11,8%, melintasi kawasan padat dan rawan gempa.
Sementara Haramain High Speed Rail (HHR) sepanjang 450 km di Arab Saudi sebagian besar dibangun di atas tanah datar gurun, dengan kepadatan rendah dan risiko gempa minimal.
Perbedaan kontur dan kondisi geologis ini membuat biaya HHR jauh lebih efisien. Struktur sederhana di atas lahan datar mengurangi kebutuhan jembatan layang dan terowongan yang mahal.
Selain faktor teknis, proyek Whoosh juga menghadapi biaya pembebasan tanah di sembilan kabupaten/kota serta risiko longsor dan gempa, yang menyebabkan pembengkakan biaya (cost overrun) hingga US$1,2 miliar.
Sebagian pembiayaan tambahan ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sebaliknya, proyek Arab Saudi tidak dilaporkan menghadapi hambatan besar serupa. Dengan medan yang stabil dan padang gurun luas, efisiensi biaya dapat dicapai tanpa mengorbankan kecepatan maupun keamanan.
Proyek Land Bridge menandai transformasi besar di Arab Saudi. Dengan jalur 1.500 km yang menghubungkan dua laut, teknologi ramah lingkungan, dan konektivitas lintas kota industri, kerajaan ini siap menjadi poros logistik Timur Tengah.
Melalui proyek ini, Arab Saudi tidak hanya membangun rel, tetapi juga menyusun masa depan transportasi modern yang terintegrasi, berkelanjutan, dan berdaya saing global.