January 16, 2025 By Amandira Maharani
16 Januari 2025 – Tragedi mengejutkan terjadi di kawasan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu (12/1/2025). Aktor Sandy Permana, yang dikenal lewat perannya dalam sinetron ‘Mak Lampir’, ditemukan tewas setelah ditikam tetangganya, Nanang Irawan alias Nanang Gimbal.
Sandy pertama kali ditemukan tergeletak bersimbah darah di jalan dekat rumahnya sekitar pukul 08.00 WIB. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, nyawanya tidak dapat diselamatkan akibat luka tusuk yang diderita di bagian leher, dada, dan perut.
Nanang Irawan dikenal sebagai sosok yang sangat tertutup dan jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ketua RT setempat, Sudarmaji, mengungkapkan bahwa Nanang memiliki karakter yang unik dimana ia hanya akan berbicara jika ditanya. “Kalau untuk sosok atau karakter, ini kan agak tertutup, jadi bisa dibilang kalau enggak ditanya, dia enggak akan ngomong,” ujar Sudarmaji.
Bahkan istri korban, Ade Andriani, yang dulu pernah menjadi penumpang ojek Nanang, mengaku tidak pernah mendengar suaranya. “Apa bilang makasih, itu enggak ada, diam saja. Memang dari dulu sampai sekarang saya enggak pernah dengar suara dia,” ungkapnya. Keseharian Nanang lebih banyak dihabiskan mengurus ternak ayam di rumahnya, menjauh dari interaksi sosial.
Sri Handayani, tetangga Nanang, membenarkan sifat tertutup tersebut. Berbeda dengan istrinya yang aktif dalam kegiatan RT sebagai penagih sampah, Nanang lebih sering mengurung diri. Sikapnya yang sangat pendiam dan antisosial ini menimbulkan tanda tanya bagi warga sekitar, terutama setelah kejadian pembunuhan yang mengguncang lingkungan mereka.
Dr. Andri, SpKJ, seorang psikiater forensik, menganalisis bahwa perilaku Nanang Irawan menunjukkan tanda-tanda gangguan kepribadian skizoid. “Dari pola perilaku yang diceritakan tetangga dan keluarga, terlihat ciri-ciri seperti sangat menyendiri, sulit mengekspresikan emosi, dan ketidaktertarikan pada hubungan sosial,” jelasnya.
Ketua RT setempat, Sudarmaji, membenarkan Nanang memiliki karakter yang sangat tertutup. “Kalau untuk sosok atau karakter, ini kan agak tertutup, jadi bisa dibilang kalau enggak ditanya, dia enggak akan ngomong,” ujar Sudarmaji. Perilaku ini, menurut para ahli, merupakan salah satu indikator gangguan kepribadian yang membutuhkan penanganan profesional.
Prof. Sarlito W. Sarwono, psikolog sosial, menjelaskan bahwa kemampuan memendam dendam selama bertahun-tahun tanpa komunikasi yang sehat menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan emosi. “Orang dengan gangguan kepribadian seringkali memiliki kesulitan dalam mengelola konflik secara konstruktif, sehingga dendam bisa tersimpan sangat lama dan meledak dalam bentuk kekerasan,” jelasnya.
Dendam Nanang bermula sejak 2017 dan semakin memburuk pada 2019 saat Sandy menebang pohon di pekarangannya tanpa izin. Alih-alih mengkomunikasikan kekecewaannya, Nanang memilih diam dan memendam amarah, yang menurut para ahli adalah pola tidak sehat dalam mengelola konflik.
Dr. Ratih Ibrahim, psikiater forensik dari RS Dharmawangsa, menganalisis perilaku Nanang selama pelarian yang menunjukkan tanda-tanda disorientasi. “Memilih tidur di pemakaman, berkeliaran tanpa tujuan, dan ketidakmampuan merencanakan pelarian dengan baik bisa mengindikasikan kondisi mental yang tidak stabil,” jelasnya.
Selama pelariannya di Karawang, Nanang menunjukkan perilaku yang membuat warga mengiranya sebagai ODGJ. Kepala Desa Kutamukti, Aan Maryani, menceritakan kebingungan warga melihat sosok Nanang yang mondar-mandir tanpa tujuan jelas.
Dr. Adika Wishnupraja, SpKJ, dari Ikatan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), menekankan pentingnya evaluasi kesehatan mental yang menyeluruh bagi pelaku kejahatan dengan karakteristik seperti Nanang. “Kita perlu memahami apakah ada gangguan mental yang mendasari atau mempengaruhi tindakannya, karena ini akan berpengaruh pada penanganan hukum dan rehabilitasinya,” ujarnya.
Pelarian Nanang berakhir pada Rabu (15/1/2025) saat ia tertangkap di sebuah warung di Karawang. Dengan sisa uang Rp2.500, ia keluar dari persembunyiannya karena kelaparan. Tim gabungan dari Polres Metro Bekasi dan Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya menangkapnya saat sedang menyantap roti bakar.
Kini, Nanang dijerat Pasal 354 KUHP tentang penganiayaan berat dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. Polisi bekerja sama dengan tim psikiater forensik untuk mendalami kondisi kesehatan mental Nanang, yang dapat menjadi pertimbangan dalam proses hukum.
Sandy Permana, korban yang lahir di Jakarta tahun 1979, meninggalkan jejak karier yang panjang di dunia hiburan. Mengawali karirnya sebagai model pada 1999, ia kemudian bergabung dengan rumah produksi Genta Buana Paramita dan sempat mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari Partai Hanura pada Pemilu 2024. Ia meninggalkan seorang istri, Ade Andriani, yang masih shock dengan kejadian tragis ini.