February 8, 2025 By jay
8 Febaruai 2025 – Dunia pendidikan di Indonesia kembali beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pemerintah resmi memasukkan coding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah dasar mulai tahun ajaran 2025/2026.
Banyak yang menyambut baik langkah ini, tetapi ada juga yang mempertanyakan kesiapan sekolah, guru, dan anak-anak dalam menghadapi kurikulum baru. Apakah ini benar-benar langkah maju atau sekadar mengikuti tren global?
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Teknologi semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Permintaan akan tenaga ahli di bidang coding, AI, dan data science terus meningkat.
Negara-negara seperti India, China, dan Singapura sudah lebih dulu menerapkan pembelajaran coding sejak SD. Indonesia tidak ingin tertinggal. Dengan memasukkan coding dan AI ke dalam kurikulum, diharapkan generasi muda bisa lebih siap menghadapi dunia digital.
Namun, apakah anak-anak SD sudah siap untuk mempelajari konsep yang kompleks ini?
Tidak semua pihak setuju dengan kebijakan ini. Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai bahwa kebijakan ini seharusnya tidak dilakukan secara tergesa-gesa.
Menurut Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi P2G, pemerintah perlu memastikan bahwa:
“Menurut kami ini harus jelas tujuannya. Tujuannya seperti apa? Karena kalau memang tujuannya ini mengejar tren global, mengejar pasar kerja dunia dan lain sebagainya, kami kira pemerintah harus terlebih dahulu mengefektifkan beberapa hal,” ujar Iman.
Jika tidak, kebijakan ini justru bisa membebani siswa dan menciptakan ketimpangan pendidikan.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang memasukkan coding dan AI ke dalam kurikulum sekolah dasar. Beberapa negara lain telah lebih dulu menerapkannya dengan pendekatan yang berbeda:
Dari berbagai contoh ini, tampak bahwa negara-negara lain sudah mempersiapkan infrastruktur, sumber daya manusia, dan metode pengajaran yang jelas sebelum menerapkan kebijakan ini.
Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi kebijakan ini adalah kesiapan sekolah. Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas pendukung seperti komputer dan akses internet yang stabil.
Pemerintah memang menyatakan bahwa hanya sekolah yang sudah siap yang akan menerapkan mata pelajaran ini. Namun, bagaimana dengan sekolah yang berada di daerah terpencil? Apakah kebijakan ini akan menciptakan kesenjangan pendidikan yang semakin lebar?
“Mu’ti menyebut hanya sekolah-sekolah yang sudah siap yang akan menghadirkan mata pelajaran coding dan AI. Siap dalam hal ini berarti memiliki sarana internet baik dan alat pembelajaran yang mumpuni.”
Selain itu, guru juga harus dibekali dengan pelatihan yang cukup. Jika guru tidak memiliki pemahaman yang baik tentang coding dan AI, bagaimana mereka bisa mengajarkan materi ini dengan efektif?
“Ya, (pelatihan akan dilakukan), gurunya terutama. Saya akan melatih gurunya dari Dirjen GTK,” tegas Nunuk Suryani, Dirjen GTK Kemendikdasmen.
Bagi orang tua dan guru, kebijakan ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Peran mereka sangat penting dalam membantu anak-anak memahami konsep teknologi dengan cara yang menyenangkan dan tidak membebani mereka.
Untuk Guru:
Untuk Orang Tua:
Jika diterapkan dengan benar, belajar coding dan AI sejak dini bisa memberikan banyak manfaat bagi anak, seperti:
Namun, ada juga beberapa risiko yang perlu diperhatikan, seperti:
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa kurikulum coding akan dirancang bersama dengan Kemkomdigi agar lebih aplikatif dan mudah dipahami.
“Tentu dalam kerangka membuat kurikulumnya itu akan kerja sama dengan Kemkomdigi. Karena kami memang sudah banyak melakukan literasi digital sehingga kurikulum yang kita pakai untuk literasi-literasi ini bisa digunakan ketika kurikulum coding dilaksanakan di pendidikan biasa,” kata Meutya.
Memasukkan coding dan AI ke dalam kurikulum SD bisa menjadi langkah besar bagi pendidikan Indonesia. Namun, agar kebijakan ini benar-benar bermanfaat, pemerintah harus memastikan bahwa infrastruktur, kurikulum, dan pelatihan guru sudah siap sebelum diterapkan secara luas.
Bagi orang tua dan guru, dukungan serta pendampingan sangat penting agar anak-anak bisa belajar dengan cara yang menyenangkan tanpa merasa terbebani.
Teknologi memang penting, tetapi lebih penting lagi adalah memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan mereka. Jika kebijakan ini diterapkan dengan matang, Indonesia bisa mencetak generasi yang tidak hanya paham teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Related Tags & Categories :