Leet Media

Haka Ka Mate: Tarian Perlawanan Hana Rawhiti Menggetarkan Sidang Parlemen Selandia Baru

Baru-baru ini, anggota parlemen Selandia Baru, Hana Rawhiti Maipi-Clarke, menjadi sorotan publik setelah melakukan aksi protes yang dramatis di sidang parlemen. Dalam momen yang menggetarkan, Hana menari Haka Ka Mate, sebuah tarian perang tradisional suku Maori, sebagai bentuk penolakan terhadap rancangan undang-undang (RUU) yang dianggap berpotensi merugikan hak-hak suku Maori. Aksi ini tidak hanya menarik perhatian media, tetapi juga memicu gelombang protes di seluruh negeri.

Aksi Protes Dramatis di Parlemen Selandia Baru 

RUU yang menjadi fokus protes adalah RUU Prinsip-Prinsip Perjanjian, yang berusaha menafsir ulang Perjanjian Waitangi. Perjanjian ini merupakan dokumen bersejarah yang ditandatangani pada tahun 1840 antara lebih dari 500 kepala suku Maori dan pemerintah Inggris. Hana Rawhiti menilai bahwa RUU tersebut dapat menghapus prinsip-prinsip penting dari perjanjian yang telah menjadi dasar hubungan antara suku Maori dan pemerintah Selandia Baru.

Dalam sidang tersebut, Hana tidak hanya menari Haka Ka Mate, tetapi juga merobek salinan RUU yang sedang dibahas. Dengan semangat membara, ia melantunkan seruan “Ka mate, ka mate, ka ora, ka ora!” yang berarti “Aku mati, aku mati, aku hidup, aku hidup.” Tindakan ini yang menjadi simbol penolakan tegas terhadap kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat Maori.

Haka Ka Mate Tarian Perang Tradisional Suku Maori 

Haka Ka Mate bukan sekedar tarian, tetapi juga sebagai pengungkapan identitas dan persatuan suku Maori. Tarian ini melibatkan seluruh anggota tubuh dengan gerakan ritmis yang kuat dan ekspresi wajah yang garang. Dalam konteks protes ini, Haka menjadi alat untuk menyuarakan perasaan kolektif masyarakat Maori terhadap ancaman yang mereka hadapi. Hana Rawhiti menjelaskan bahwa penggunaan Haka di parlemen adalah cara untuk menghormati perjuangan leluhur mereka dan mengingatkan semua orang akan pentingnya menjaga warisan budaya.

Aksi Hana Rawhiti memicu gelombang protes di seluruh Selandia Baru. Ribuan orang bergabung dalam pawai selama sembilan hari untuk menunjukkan penolakan terhadap RUU tersebut. Mereka bergerak dari berbagai penjuru negara menuju ibu kota Wellington, membawa bendera Maori dan mengenakan pakaian tradisional sebagai simbol solidaritas. Protes ini menunjukkan bahwa isu hak-hak Maori bukan hanya masalah lokal, tetapi juga perhatian global.

Para pengunjuk rasa tidak hanya terdiri dari masyarakat Maori; mereka juga mendapat dukungan dari berbagai kelompok etnis lain di Selandia Baru. Hal ini mencerminkan keinginan untuk bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan pengakuan hak-hak masyarakat asli.

Tindakan Hana Rawhiti dan pawai protes telah menuai beragam reaksi dari masyarakat dan politisi. Beberapa pihak menganggap aksi tersebut sebagai bentuk intimidasi dan perilaku tidak pantas di dalam parlemen. Namun, banyak juga yang melihatnya sebagai langkah berani untuk menegaskan hak-hak suku Maori di hadapan pemerintah.

Perdana Menteri Christopher Luxon menyatakan bahwa Partai Nasional tidak akan mendukung RUU tersebut. Meskipun demikian, kritik tetap ditegakkan karena RUU itu masih dibahas di parlemen. Ini menunjukkan ketegangan antara pemerintah dan masyarakat Maori yang ingin memastikan hak-hak mereka dihormati.

Makna Seruan “Ka mate, ka mate, ka ora, ka ora”

Haka Ka Mate memiliki makna mendalam tentang perjuangan dan keberanian. Tarian ini menceritakan kisah lolos dari tawanan dan melambangkan semangat juang masyarakat Maori. Dalam konteks protes ini, Haka menjadi simbol harapan bagi suku Maori untuk mempertahankan hak-hak mereka dalam menghadapi kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan.

Hana Rawhiti menegaskan bahwa tindakan tersebut bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi ia mewakili suara semua orang Maori yang terpengaruh oleh keputusan politik saat ini. Dengan melakukan Haka di parlemen, ia berharap dapat menggugah kesadaran publik tentang pentingnya menghormati hak-hak masyarakat asli.

Simbol Perjuangan dan Harapan Suku Maori 

Tarian Haka Ka Mate oleh Hana Rawhiti Maipi-Clarke bukan sekedar aksi protes biasa, tetapi juga merupakan simbol dari perjuangan panjang suku Maori untuk mempertahankan hak-hak mereka dalam menghadapi kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan. 

Melalui gerakan ini, masyarakat Maori menunjukkan bahwa mereka akan terus berjuang untuk keadilan dan pengakuan atas identitas serta warisan budaya mereka. Aksi ini tidak hanya menggugah kesadaran di Selandia Baru, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak komunitas pribumi di seluruh dunia untuk memperjuangkan hak-hak mereka dengan cara yang kreatif dan bermakna. (ZN/JS)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *