Leet Media

Gen Z di Dunia Kerja: Mitos atau Fakta Tentang Sulitnya Kolaborasi?

December 25, 2024 By Amandira Maharani

25 Desember 2024 – Generasi Z atau Gen Z kerap mendapat stigma kurang menyenangkan di dalam dunia kerja. Mereka yang lahir antara 1997-2012 ini dianggap memiliki etos kerja yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Sebuah survei yang dilakukan intelligent.com pada Agustus 2024 terhadap 966 manajer perekrutan menunjukkan fakta mengejutkan: sebanyak 6 dari 10 perusahaan memecat pekerja Gen Z. Alasan utamanya adalah Gen Z dianggap tidak profesional dan tidak siap masuk ke dunia kerja.

Fenomena Gen Z di Lingkungan Kerja Multi-Generasi

Dilansir dari The Indian Express (4/12/2024), pertanyaan seputar “mengapa Gen Z sangat tidak profesional” sering muncul di lingkungan kantor dengan karyawan lintas generasi. Generasi yang lebih senior, seperti baby boomer, X, dan milenial, cenderung tumbuh sebagai pekerja yang patuh, rela bekerja melewati jam kantor, dan selalu mengikuti perintah atasan. Mereka berpandangan bahwa dunia kerja akan menjadi lebih baik jika Gen Z mengikuti pola kerja tersebut.

Perbedaan Karakteristik Generasi di Era Digital

Generasi Y atau Milenial, yang lahir antara tahun 1981-1996, sering dibandingkan dengan Gen Z karena sama-sama tumbuh di era digital. Namun, ada perbedaan signifikan: Milenial merupakan generasi pertama yang tumbuh saat internet mulai berkembang, sementara Gen Z lahir ketika teknologi digital sudah menjadi bagian integral kehidian sehari-hari.

Mengapa Stigma Negatif Lebih Melekat pada Gen Z?

Menurut Studi Marketers, stigma ini muncul karena perbedaan gaya kerja antar generasi. Gen Z lebih menyukai pendekatan yang fleksibel, berbasis teknologi, dan berorientasi pada hasil nyata yang berdampak. Sebaliknya, generasi sebelumnya, terutama milenial, lebih condong pada pendekatan sistematis dan idealis.

Realitas di Balik Stigma

Menariknya, Gen Z sebenarnya memiliki potensi kolaborasi yang baik, dengan syarat dibimbing dengan cara yang tepat. Mereka adalah generasi yang membutuhkan umpan balik konstruktif dan pemimpin yang memahami karakteristik mereka. Gen Z juga menunjukkan kemampuan adaptasi yang baik dalam lingkungan kerja yang suportif, di mana pendapat mereka didengar dan dipercaya.

Masa Depan Tempat Kerja dengan Gen Z

Dilansir dari Newsweek (24/10/2024), meski stigma tentang Gen Z masih bertebaran, para pakar bisnis memperingatkan HRD untuk tidak gegabah dalam memecat generasi ini. Gen Z saat ini telah melebihi jumlah generasi baby boomer di tempat kerja dan diproyeksikan akan mencakup 30 persen dari total pekerja pada tahun 2030.

Joy Taylor, direktur pelaksana di perusahaan konsultan Alliant, menegaskan bahwa perusahaanlah yang perlu beradaptasi dengan Gen Z, bukan sebaliknya. Menurutnya, kemampuan mengelola alur kerja antar generasi akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan bisnis di tahun 2025. “Suka atau tidak suka, generasi ini membawa perspektif baru ke dalam budaya kerja modern, dan akan sangat merugikan perusahaan jika mereka pergi,” ujar Taylor.

Gen Z membawa talenta unik yang bisa memperkaya perusahaan, seperti literasi digital yang kuat, semangat kewirausahaan, dan keberanian untuk menyuarakan pendapat. Alih-alih mempertahankan stigma negatif, lebih baik fokus pada pengembangan lingkungan kerja yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan semua generasi. Dengan pemahaman dan pendekatan yang tepat, kolaborasi antar generasi bukan hanya mungkin, tetapi bisa menjadi kekuatan untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan organisasi.