Leet Media

Fenomena Logical Fallacy dalam Berdebat

April 9, 2025 By Rio Baressi

9 April 2025 – Di era digital, kita mungkin sering melihat seseorang dalam berbagai diskusi dan debat di media sosial. Namun, tidak jarang perdebatan yang awalnya sehat berubah menjadi serangan pribadi atau argumen yang tidak relevan. Fenomena ini dikenal sebagai logical fallacies atau kesesatan berpikir.

Jenis-Jenis Logical Fallacies yang Sering Terjadi

Logical fallacies adalah kesalahan dalam berpikir yang dapat melemahkan argumen seseorang. Ada beberapa jenis yang sering muncul dalam percakapan sehari-hari, terutama di media sosial.

1. Ad Hominem Serangan Pribadi Tanpa Dasar

Ad Hominem terjadi ketika seseorang menyerang karakter lawan bicara alih-alih menanggapi argumennya. Contohnya, saat berdebat tentang kebijakan pemerintah, lawan bicara malah menyinggung latar belakang pendidikan atau penampilan fisik. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan untuk mempertahankan argumen secara logis.

2. Straw Man Mendistorsi Argumen Lawan

Straw Man adalah teknik dengan sengaja mendistorsi argumen lawan agar mudah dibantah. Misalnya, ketika seseorang ingin menghabiskan waktu sendiri (me-time), pasangan menganggapnya sebagai tanda tidak peduli. Distorsi seperti ini menghambat komunikasi yang sehat.

3. Slippery Slope Menganggap Langkah Kecil Berujung Bencana

Slippery Slope terjadi ketika seseorang berasumsi bahwa satu tindakan kecil akan menyebabkan dampak besar yang negatif. Contohnya, menganggap makan satu kue nastar saat diet akan langsung membuat berat badan melonjak. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian.

Dampak Logical Fallacies dalam Diskusi

Logical fallacies tidak hanya melemahkan argumen tetapi juga merusak hubungan interpersonal. Di media sosial, hal ini dapat memicu konflik berkepanjangan dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk berdiskusi.

Melemahkan Kredibilitas Argumen

Ketika seseorang menggunakan logical fallacies, argumennya kehilangan kekuatan logis. Lawan bicara atau audiens akan kesulitan mengambil pesan utama karena terlalu banyak noise yang tidak relevan.

Memicu Konflik dan Miskomunikasi

Serangan pribadi atau distorsi argumen sering kali memicu emosi negatif. Alih-alih mencapai kesepakatan, diskusi berubah menjadi pertengkaran yang tidak produktif.

Cara Menghindari Logical Fallacies dalam Berdebat

Agar diskusi tetap sehat dan bermakna, Gen Z perlu mengenali dan menghindari logical fallacies. Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan.

Selalu pastikan untuk menanggapi ide atau pendapat, bukan karakter lawan bicara. Dengan begitu, diskusi akan tetap objektif dan berbasis fakta.

Memperkuat argumen dengan data atau contoh konkret dapat mencegah distorsi atau asumsi yang tidak berdasar.

Dengan melatih berpikir kritis, Gen Z dapat lebih mudah mengidentifikasi logical fallacies, baik yang dilakukan oleh lawan bicara maupun diri sendiri.