Leet Media

Data BPS: Nasi, Rokok, dan Kopi Jadi Penyumbang Kemiskinan Terbesar di Indonesia

July 28, 2025 By pj

28 Juli 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data mengejutkan tentang penyebab utama garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2025. Meski angka kemiskinan nasional menurun, konsumsi beras, rokok kretek filter, dan kopi sachet ternyata masih menjadi penyumbang utama pengeluaran masyarakat yang mendorong mereka jatuh dalam kemiskinan.

Garis kemiskinan Indonesia masih didominasi oleh kebutuhan pangan

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), BPS menetapkan bahwa garis kemiskinan dihitung dari pengeluaran minimum seseorang untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan. Pada Maret 2025, garis kemiskinan nasional ditetapkan sebesar Rp609.160 per kapita per bulan.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, menjelaskan, “Kita ketahui bersama bahwa yang dinamakan penduduk miskin adalah pada saat dia pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan.”

Konsumsi beras dan rokok menyedot pengeluaran terbesar masyarakat

Beras menjadi komoditas paling besar yang berkontribusi terhadap garis kemiskinan, yaitu 21,06 persen di perkotaan dan 24,91 persen di perdesaan. Sementara itu, rokok kretek filter menjadi kontributor kedua tertinggi dengan proporsi 10,72 persen di perkotaan dan 9,99 persen di perdesaan. Jumlah ini bahkan lebih tinggi dari bahan pokok penting seperti telur dan daging ayam.

Yang menarik, kopi sachet juga menempati posisi ke-6 penyumbang kemiskinan, menunjukkan tingginya konsumsi harian masyarakat terhadap produk tersebut. Padahal, kopi bukanlah kebutuhan dasar esensial.

Komoditas makanan jauh lebih berpengaruh dibanding non-makanan

Data BPS menunjukkan bahwa peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan mencapai 74,58 persen. Sebaliknya, kontribusi komoditas non-makanan hanya sebesar 25,42 persen. Artinya, pengeluaran terbesar masyarakat miskin lebih banyak terkuras untuk kebutuhan makan.

Adapun rincian penyumbang garis kemiskinan terbesar kategori makanan di perkotaan antara lain:

Sementara di perdesaan:


Komoditas bukan makanan juga berperan tapi lebih kecil porsinya

Untuk kategori non-makanan, biaya perumahan menjadi penyumbang terbesar garis kemiskinan:

Yang menarik, perawatan kulit dan kosmetik seperti skincare, face care, dan nail care masuk ke dalam daftar penyumbang garis kemiskinan, meski dengan kontribusi kecil yakni di bawah 1%.

Angka kemiskinan menurun tapi tekanan biaya hidup tetap tinggi

Per Maret 2025, jumlah penduduk miskin tercatat 23,85 juta jiwa atau 8,47% dari total penduduk. Angka ini menurun 200 ribu orang dibandingkan September 2024. Namun, garis kemiskinan naik sebesar 2,34%, dari Rp595.242 menjadi Rp609.160 per kapita per bulan, menunjukkan naiknya biaya hidup minimum.

Di kota besar seperti Jakarta, biaya hidup jauh lebih tinggi dibanding daerah lain. Hal ini membuat garis kemiskinan antar wilayah berbeda, tergantung harga barang dan jasa di tiap daerah.