July 22, 2025 By RB
22 Juli 2025 – Film “Superman” garapan James Gunn yang tayang perdana pada 2025 menuai kontroversi besar. Bukan karena aksi pahlawan supernya, melainkan karena ceritanya yang dianggap terlalu politis. Dalam film tersebut, Superman digambarkan membela rakyat tak bersenjata dari invasi negara tetangga yang kuat. Banyak pihak menafsirkan cerita ini sebagai alegori konflik Israel-Palestina, hingga memicu seruan boikot dari warga dan tokoh-tokoh pro Israel.
Film ini menampilkan negara fiktif bernama Boravia yang menyerang wilayah miskin Jarhanpur. Boravia digambarkan sebagai negara kuat dan berteknologi tinggi, sekutu dekat Amerika Serikat. Sebaliknya, Jarhanpur dihuni warga non-kulit putih yang hanya bersenjatakan batu dan tongkat. Dalam film, Superman turun tangan menyelamatkan warga sipil dan anak-anak. Adegan ini dianggap sebagai simbol dukungan terhadap Palestina.
Tagar #BoycottSupermanMovie menjadi trending di media sosial, terutama di kalangan warga dan tokoh pro Israel. Mereka menilai adegan tersebut sebagai bentuk propaganda terselubung.
“Ini adalah bentuk propaganda terselubung. Superman seharusnya netral, bukan menjadi alat politik,” tulis salah satu pengguna X asal Israel.
Tokoh konservatif seperti Ben Shapiro juga menyebut film ini menyesatkan opini publik global karena terlalu politis. Bahkan, seorang anak dalam kisah viral bertanya pada ayahnya, “Mengapa Superman tidak melindungi kami di Israel?”—menjadi cerminan kuat bagaimana publik menafsirkan pesan film ini.
Film ini tidak menyebutkan secara eksplisit nama Israel maupun Palestina. Namun banyak yang menilai kisah tentang negara kuat kulit putih bersenjata lengkap yang menyerang negara miskin non-kulit putih sangat mencerminkan kondisi di Gaza.
“Penggambaran film itu tentang negara kuat, berkulit putih, dan termiliterisasi yang menyerang negara lebih lemah, non-kulit putih, selaras dengan narasi anti-Israel. Meskipun tidak ada referensi eksplisit ke Israel atau Palestina,” kata anggota komunitas Jewish seperti dilansir laman Roya News.
Beberapa warganet menyebut film ini sebagai karya anti-genosida, sementara pihak lain menyebutnya propaganda yang menjijikkan.
Netizen di berbagai platform sosial ramai membahas film ini.
“Just watched Superman, I F*****G HATE ISRAEL AHHHHHH,” tulis @Schnefzel.
“I can’t believe James Gunn managed to give a wave of literal middle fingers to Israel in a Superman movie,” puji @oblivibum.
Beberapa bahkan menganggap ini sebagai film pro Palestina paling terang-terangan dari Hollywood.
Adegan Guy Gardner yang mengeluarkan cahaya berbentuk jari tengah kepada tentara Boravia juga disebut-sebut sebagai bentuk sindiran yang sangat eksplisit terhadap Israel.
James Gunn menegaskan bahwa film ini tidak dimaksudkan sebagai representasi konflik dunia nyata.
“Saat saya menulis ini, konflik di Timur Tengah belum terjadi. Saya bahkan berusaha membuatnya berbeda dari konflik dunia nyata. Ini benar-benar fiksi.”
Gunn menekankan bahwa kisah ini lebih tentang moralitas Superman dalam menghadapi dunia yang abu-abu, bukan pesan politik tentang Timur Tengah.
Film ini akhirnya menjadi cermin dari debat budaya di Hollywood—tentang sejauh mana sebuah karya bisa mengangkat isu sosial dan geopolitik. Banyak yang menyayangkan jika pahlawan sekelas Superman dijadikan alat propaganda, namun tak sedikit pula yang menganggap ini sebagai bentuk keberanian baru dari film blockbuster.
Tulisan viral dari seorang ayah di Israel memperlihatkan betapa emosionalnya reaksi penonton terhadap film ini.
“Dan Superman? Dia datang untuk menyelamatkan mereka dari Israel yang haus darah. Ini secara harfiah adalah film hasutan yang melawan kami,” tulisnya.
Anaknya bahkan bertanya, “Ayah, kenapa Superman melawan Israel? Bukankah dia orang Yahudi?” Sebuah pertanyaan yang menohok dan menjadi simbol betapa kuat dampak naratif film ini terhadap persepsi publik.
Selain James Gunn sebagai sutradara dan penulis naskah, film ini dibintangi oleh David Corenswet sebagai Superman, Rachel Brosnahan, Nicholas Hoult, hingga Isabela Merced. Film ini juga menjadi bagian dari babak baru semesta DC Universe yang disebut Chapter One: Gods and Monsters.
Namun, pernyataan David Corenswet yang sebelumnya menyuarakan dukungan untuk rakyat Palestina juga ikut menjadi bahan bakar dalam kontroversi film ini.
Related Tags & Categories :