Leet Media

Ketua RT Gen Z Tolak Amplop dari Dedi Mulyadi, Ungkap Menang Pemilihan Tanpa Politik Uang

July 17, 2025 By RB

17 Juli 2025 – Di usia 20 tahun, Sahdan Arya Maulana menjadi simbol perubahan dalam kepemimpinan lingkungan. Tak hanya memimpin RT 07 RW 08 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, ia juga berhasil menciptakan gebrakan yang menggugah perhatian publik. Berbekal semangat pengabdian dan integritas tinggi, Sahdan menunjukkan bahwa generasi muda mampu memimpin dengan jujur, kerja nyata, dan tanpa politik uang.

Menang Telak Tanpa Amplop dan Sogokan

Pada Mei 2025 lalu, Sahdan resmi menjabat Ketua RT setelah menang telak dalam pemilihan warga. Dari dua calon, ia meraih 126 suara, sedangkan lawannya hanya mendapat 17 suara. Uniknya, Sahdan tidak mengeluarkan biaya kampanye sama sekali.

“Enggak, nyalon RT itu tidak mengeluarkan dana. Tapi ya saya sowan-sowan aja sih ke masyarakat,” ungkapnya sambil tersenyum.

Bahkan untuk urusan kopi saat silaturahmi, warga justru yang menyediakannya. Sahdan mengandalkan pendekatan dari hati ke hati, bukan serangan fajar atau janji kosong.

Menolak Amplop dari Dedi Mulyadi

Integritas Sahdan semakin terlihat ketika ia secara terbuka menolak amplop berisi uang yang diberikan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Momen ini terjadi saat Sahdan, bersama ayahnya Ali Nurdin serta dua pengurus RT muda lainnya—Vemmas Wahyu Rianto dan Riski Saputra—bertemu Dedi dalam kunjungan kekaguman.

Di akhir pertemuan, Dedi menyodorkan amplop tebal sebagai bentuk dukungan dana operasional. Namun, Sahdan dengan tegas menolaknya.

“Karena saya niat ke sini untuk bapak,” ujar Sahdan.

 “Saya juga ikhlas,” timpal Dedi.

Bahkan ketika amplop sempat diterima oleh bendahara RT, Sahdan tetap meminta agar dikembalikan. Ayah Sahdan, Ali Nurdin, juga menolak pemberian tersebut dengan tulus.

“Kita jauh-jauh murni ke sini karena benar-benar saya kagum,” ucapnya.

Dedi pun mengaku kagum dan terkesan, “Baru ini saya ketemu tokoh muda punya visi, inovasi, dan tidak mau menerima rezeki walaupun itu halal. Keren dong.”

Inspirasi dari Sosok Pemimpin

Sahdan mengaku mengidolakan Dedi Mulyadi karena gaya kepemimpinannya yang dekat dengan rakyat dan suka turun ke lapangan. Dari sana, ia belajar tentang pentingnya membaur, bukan sekadar memerintah.

“Yang saya lihat dari Kang Dedi Mulyadi ya senang aja ketika dia care sama orang dan bisa berbaur sama warga-warga. Itu kayak ngeliatnya seneng aja,” kata Sahdan.

Kini, ia pun memiliki cita-cita besar: menjadi Gubernur DKI Jakarta. Keinginannya muncul bukan karena ambisi pribadi, tapi karena ketertarikannya pada pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Membangun dari Lingkungan Sendiri

Meski masih mahasiswa semester 5 di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sahdan sudah membuktikan kepemimpinan visionernya. Dalam dua bulan pertama menjabat, ia dan timnya memperbaiki jalan rusak sepanjang 100 meter di Jalan Kelapa Hijau. Perbaikan ini sepenuhnya hasil swadaya warga, tanpa dana pemerintah.

“Ada yang sebagian dari swadaya dan dari kita. Biaya operasional kita itu semua kita alihkan ke pembangunan. Jadi selama dua bulan ini tidak pernah ngambil BOP sepeserpun,” jelas Sahdan.

Langkah itu diambil setelah kecelakaan truk terguling karena kondisi jalan yang rusak parah. Selain sebagai akses utama, jalur ini juga rawan banjir karena berdekatan dengan aliran kali.

Tim Muda yang Berdedikasi

Sahdan tak bekerja sendiri. Ia didampingi dua sahabat seangkatannya: Vemmas Wahyu Rianto (20), mahasiswa STIE Indonesia Jakarta, sebagai sekretaris; dan Riski Saputra (21), karyawan swasta, sebagai bendahara. Ketiganya tumbuh di lingkungan yang sama, dan kini memilih mengabdi demi perubahan dari tempat yang paling dekat: rumah sendiri.

“Kita pengen bermanfaat dan mengabdi kepada wilayah. Karena kita lahir di sini, kecil bareng. Dan kita sebagai manusia harus berkontribusi dan bermanfaat bagi wilayah,” ujar Sahdan.

Generasi Z Bisa Kerja Nyata

Kepemimpinan Sahdan telah mematahkan stigma bahwa anak muda tak bisa memimpin. Melalui kerja nyata, transparansi, dan semangat gotong-royong, ia justru menjadi contoh bagaimana Gen Z bisa membawa perubahan yang bermakna.

Warga yang awalnya ragu, kini memberikan dukungan penuh. Mereka merasakan manfaat langsung dari gaya kepemimpinan partisipatif dan responsif yang ditunjukkan Sahdan.

“Biasanya RT itu senior, tapi ternyata anak muda juga bisa kerja cepat dan mau turun tangan,” kata salah satu warga, Nur Hidayah.

Related Tags & Categories :

highlight