Leet Media

Ritual Berpakaian Putih di Puncak Gunung Lawu Hebohkan Pendaki, Ternyata Rombongan Jemaah NU

July 15, 2025 By RB

15 Juni 2025 – Sekelompok orang berpakaian serba putih yang menggelar ritual spiritual di puncak Gunung Lawu mencuri perhatian publik dan viral di media sosial. Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 11 Juli 2025, dan menjadi pembicaraan hangat karena keunikan serta suasana mistis yang menyelimutinya.

Rombongan Berpakaian Putih Lakukan Ritual di Puncak Lawu

Dalam video yang tersebar luas, tampak puluhan orang berpakaian putih duduk melingkar di sekitar Tugu Triangulasi, puncak Gunung Lawu atau Hargo Dumilah. Mereka menyanyikan langgam Jawa yang berisi pujian kepada Tuhan dan Nabi, menambah nuansa sakral di tengah kabut pegunungan.

Rombongan tersebut juga melakukan tawaf atau berjalan mengelilingi tugu secara teratur dengan arah searah jarum jam, berbeda dari ritual haji. Suasana yang hening dan khidmat membuat para pendaki yang baru tiba memilih menunggu hingga ritual selesai.

Seorang pendaki bernama Danang Pratama (17) mengaku menyaksikan langsung ritual tersebut. “Saya baru sampai puncak, terus (orang-orang) yang memakai baju putih sudah siap-siap di puncak. Kita (pendaki) mengalah, dan menunggu agak di bawah,” ujarnya.

Menurut Danang, jumlah rombongan mencapai sekitar 50 orang, terdiri dari laki-laki, perempuan, hingga anak-anak dan orang lanjut usia. Ia menambahkan, “Saya sempat tanya kepada yang ibu-ibu. Saya tanya, bu ini ada acara apa. Dijawab ini lagi acara 15 Suronan.”

Identitas Rombongan Terungkap sebagai Jemaah NU Grobogan

Agus Supriyanto Ganasari, Sekretaris Divisi Regional Perum Perhutani Jawa Tengah, mengonfirmasi bahwa rombongan tersebut berasal dari jemaah Nahdlatul Ulama (NU) Desa Sambongbangi, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

“Mereka merupakan rombongan NU asal Kabupaten Grobogan,” katanya, Senin (14/7/2025). Agus menjelaskan bahwa kegiatan itu adalah ziarah ke Hargo Dumilah untuk menghormati Sunan Gunung Lawu. Ini merupakan kegiatan tahunan yang rutin dilakukan setiap bulan Suro, dan tahun ini merupakan yang ke-14 kalinya.

“Mereka naik hari Kamis pagi, kemudian berkemah di atas. Hari Jumat, menjelang Sholat Jumat mereka melakukan acara itu. Artinya peserta berganti pakaian di puncak Lawu itu. Pakaian putih tidak dikenakan dari bawah,” jelas Agus.

Asal Rombongan dan Jalur Pendakian yang Tidak Resmi

Asisten Perhutani BKPH Lawu Selatan, Mulyadi, menyebut kelompok tersebut berasal dari Sumber Banggi, Kabupaten Purwodadi. Mereka diketahui tidak melalui jalur pendakian resmi Karanganyar. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar, Hari Purnomo.

“Sudah kami cek, mereka tidak masuk ke salah satu gerbang pendakian Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar,” jelas Hari. Ia menambahkan bahwa kegiatan spiritual ini tidak melanggar hukum, namun karena tidak ada tempat khusus untuk ritual di kawasan pendakian, pengawasan perlu diperketat.

Respons dan Imbauan dari Pihak Berwenang

Hari Purnomo menegaskan bahwa pihaknya akan meningkatkan pengawasan jalur pendakian. “Kalau orang melakukan ritual sesuai kepercayaan mereka bisa di mana saja. Kalau kita kan menyiapkan tempat untuk pendakian,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, “Kalau dari penganut kepercayaan tidak sampai seperti itu, menggunakan jubah putih dan mengelilingi Hargo Dumilah. Kami mengimbau kepada petugas penjaga pendakian di Gunung Lawu untuk memperketat pengawasan masuk keluar orang yang mendaki karena ini pertama kali terjadi.”

Relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Best Haryanto, mengungkapkan bahwa rombongan sempat mengunjungi situs Bancolono di sekitar Cemoro Kandang sebelum mendaki. Menurutnya, beberapa peserta berasal dari berbagai daerah termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.

Tradisi Spiritualitas yang Menyatu dengan Alam

Meskipun sempat membuat kaget pendaki lain, ritual ini berjalan dengan damai dan tertib. Para peserta melakukan doa bersama dengan bacaan tawasul dan menjalankan Sholat Jumat di puncak gunung.

Fenomena ini menunjukkan keragaman praktik spiritual di Indonesia dan bagaimana budaya lokal serta agama dapat menyatu dengan alam dalam bentuk kegiatan ziarah. Meski demikian, koordinasi dengan pihak berwenang tetap penting agar keselamatan dan kenyamanan semua pihak, baik pendaki maupun peziarah, tetap terjaga.

Related Tags & Categories :

highlight