Leet Media

Fadli Zon Tegaskan Hari Kebudayaan Nasional Tak Ada Kaitannya dengan Ultah Presiden

July 14, 2025 By RB

14 Juli 2025 – Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional (HKN). Keputusan ini menuai perhatian publik karena bertepatan dengan hari lahir Presiden Prabowo Subianto. Meski begitu, Kementerian menegaskan bahwa penetapan ini berdasarkan pertimbangan sejarah yang kuat, bukan kepentingan politis.

Alasan Pemerintah Menetapkan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional

Penetapan Hari Kebudayaan Nasional didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 162/M/2025 yang ditandatangani oleh Fadli Zon pada 7 Juli 2025. Menteri Fadli Zon menegaskan bahwa dasar utama penetapan ini adalah momentum penting dalam sejarah Indonesia, yaitu pengesahan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951.

Peraturan tersebut ditandatangani Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo pada 17 Oktober 1951, yang secara resmi menetapkan Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara beserta semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

“Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, tetapi filosofi hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan kekayaan budaya, toleransi, dan persatuan dalam keberagaman,” kata Fadli dalam keterangannya, Senin (14/7).

Tiga Tujuan Utama Penetapan Hari Kebudayaan Nasional

Fadli Zon menyampaikan tiga tujuan utama penetapan Hari Kebudayaan Nasional:

  1. Penguatan identitas nasional
    Simbol Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dianggap sebagai pemersatu bangsa yang harus terus dipahami dan dijunjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia.
  2. Pelestarian kebudayaan
    HKN dijadikan momen penting untuk mendorong pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan sebagai pondasi pembangunan bangsa.
  3. Pendidikan dan kebanggaan budaya
    Pemerintah berharap HKN bisa menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda, agar mereka memahami akar budayanya dan menjadikannya sumber inspirasi di tengah tantangan global.

“Kebudayaan bukan hanya soal warisan, tapi juga sumber daya ekonomi, sosial, dan politik,” tegas Fadli.

Dukungan dari Kalangan Budayawan Yogyakarta

Fadli Zon menyatakan bahwa ide penetapan 17 Oktober sebagai HKN berasal dari seniman dan budayawan Yogyakarta. Mereka melakukan kajian sejak Januari 2025 dan menyampaikannya ke Kementerian Kebudayaan setelah serangkaian diskusi mendalam. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pengusulan ini antara lain Achmad Charis Zubair, Rahadi Saptoto Abro, Esti Wuryani, Yati Pesek, dan Nano Asmorondono.

Rapat dengar pendapat juga telah dilakukan bersama Komite III DPD Yogyakarta pada 26 Mei 2025 untuk membahas lebih lanjut mengenai usulan ini.

“Budaya adalah perekat keberagaman di Indonesia yang mampu menyatukan perbedaan sehingga menjadi fondasi bagi kerukunan bangsa,” ujar Fadli Zon.

Kontroversi Penetapan Hari Kebudayaan Nasional

Penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional menuai kritik karena bertepatan dengan ulang tahun Presiden Prabowo Subianto. Presiden Prabowo lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951.

Salah satu kritik datang dari seniman teater Butet Kartaredjasa. Ia menilai tidak ada urgensi khusus menetapkan tanggal tersebut sebagai hari kebudayaan. “Sama sekali itu tidak ada urgensinya, kecuali menjadi objek untuk sarana menjilat. Itu saja,” kata Butet, Senin (14/7/2025).

Menanggapi kritik ini, Fadli Zon melalui cuitan di platform X menyatakan bahwa pemilihan tanggal tidak berkaitan dengan ulang tahun Presiden. Fokus utama penetapan adalah pada nilai sejarah tanggal tersebut bagi perjalanan identitas bangsa.

“Garuda Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya simbol, tapi juga fondasi yang merekatkan Indonesia,” ujar Fadli.

Mengajak Masyarakat Aktif Merayakan Budaya

Pemerintah mendorong seluruh elemen masyarakat—dari seniman, akademisi, pelajar, hingga masyarakat luas—untuk menjadikan Hari Kebudayaan Nasional sebagai bagian dari gerakan kolektif membangun bangsa.

“Lewat HKN, kita tunjukkan ke dunia bahwa budaya Indonesia kaya, beragam, dan relevan untuk masa depan,” kata Fadli Zon.

Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Fadli menekankan bahwa semangat “Bhinneka Tunggal Ika” adalah inti dari Hari Kebudayaan Nasional. Keberagaman etnis, suku, bahasa, dan agama adalah kekuatan, bukan kelemahan.

“17 Oktober adalah momen penting dalam perjalanan identitas negara kita. Ini bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang masa depan kebudayaan Indonesia yang harus dirawat oleh seluruh anak bangsa,” tutup Fadli.

Related Tags & Categories :

highlight