July 4, 2025 By RB
4 Juli 2025 – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap daftar perusahaan global yang diduga terlibat dalam genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Laporan ini menjadi sorotan dunia internasional karena menunjukkan bagaimana konflik kemanusiaan yang terjadi tidak hanya melibatkan negara, tetapi juga sektor swasta global yang mengambil untung dari penderitaan rakyat Palestina.
Laporan ini dirilis oleh Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di wilayah Palestina yang diduduki. Laporan tersebut berjudul From Economy of Occupation to Economy of Genocide, dan menyelidiki peran perusahaan dalam menopang sistem kolonial, apartheid, dan kekerasan sistematis Israel sejak 1967 hingga invasi ke Gaza pasca-Oktober 2023.
“Pendudukan yang berlangsung selamanya telah menjadi tempat uji coba ideal bagi produsen senjata dan perusahaan teknologi besar, dengan pengawasan minim dan tidak ada pertanggungjawaban,” ungkap laporan itu.
Lockheed Martin, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat, menjadi sorotan karena menyuplai jet tempur F-35 dan F-16 yang digunakan Israel dalam serangan besar-besaran ke Gaza. Jet-jet ini membawa bom seberat 2000 pon dan menjatuhkan lebih dari 85.000 ton bom sejak Oktober 2023, menewaskan dan melukai lebih dari 179.000 warga Palestina.
Leonardo S.p.A asal Italia juga disebut sebagai kontributor utama dalam program ini.
Perusahaan Israel seperti Elbit Systems dan IAI menyuplai drone, hexacopter, hingga sistem pengawasan canggih. FANUC dari Jepang menyediakan mesin robotik untuk lini produksi senjata, sementara perusahaan pelayaran asal Denmark, AP Moller, disebut membantu logistik militer Israel.
Laporan PBB menyebut keterlibatan mendalam perusahaan teknologi seperti Microsoft, IBM, Alphabet Inc (Google), Amazon, hingga Palantir dalam infrastruktur digital Israel, termasuk penyimpanan data, pengawasan biometrik, pengolahan data militer, hingga pengembangan sistem AI seperti “Lavender” dan “Where’s Daddy?” yang digunakan dalam pembuatan daftar target.
NSO Group, dengan spyware Pegasus-nya, juga disebut digunakan untuk mengawasi aktivis Palestina.
Caterpillar Inc. menyediakan buldoser D9 yang dimodifikasi untuk keperluan militer dan digunakan dalam pembongkaran rumah, masjid, hingga rumah sakit. Hyundai dan Volvo disebut telah lama memasok alat berat untuk menghancurkan properti Palestina, bahkan setelah adanya seruan internasional untuk menghentikan kerja sama tersebut.
Chevron dan Glencore disebut sebagai pemasok utama gas dan batu bara untuk Israel. Chevron membayar royalti dan pajak ke pemerintah Israel sebesar US$453 juta pada 2023, sekaligus memiliki sebagian jaringan pipa gas yang melintasi wilayah laut Palestina. BP asal Inggris juga memperluas eksplorasi gas di wilayah tersebut.
Booking Holdings Inc. dan Airbnb Inc. dituding mendukung pemukiman ilegal dengan mempromosikan dan menyewakan properti di wilayah pendudukan. Jumlah iklan properti mereka meningkat signifikan di wilayah seperti Yerusalem Timur dan Tekoa, yang ditandai dengan pembatasan akses bagi warga Palestina.
Bright Dairy & Food asal China, pemilik mayoritas Tnuva, perusahaan makanan terbesar di Israel, mengambil keuntungan dari perampasan lahan Palestina. Sementara Orbia asal Meksiko memiliki Netafim, yang menyediakan infrastruktur irigasi di lahan yang diklaim sebagai milik Palestina.
Laporan menyebutkan peran lembaga keuangan global dalam pendanaan perang Gaza melalui pembelian obligasi pemerintah Israel. BlackRock dan Vanguard tercatat sebagai investor besar di perusahaan-perusahaan militer dan teknologi yang disebut dalam laporan. BNP Paribas dan Barclays bertindak sebagai penjamin obligasi pemerintah Israel.
Laporan ini menegaskan bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan besar ini bukan hanya dalam pendudukan, tetapi juga dalam ekonomi genosida yang menguntungkan banyak pihak.
“Karena hal itu menguntungkan bagi banyak orang,” tulis laporan itu. “Mengakhirinya tidak akan terjadi tanpa meminta pertanggungjawaban sektor swasta, termasuk para eksekutifnya.”
Related Tags & Categories :