June 27, 2025 By A G
27 Juni 2025 – Industri hiburan Korea Selatan telah membuktikan kekuatannya dalam menaklukkan pasar global. Dari BTS yang memuncaki Billboard hingga Squid Game yang viral di Netflix, fenomena Hallyu atau Korean Wave telah menjadi salah satu soft power terkuat di dunia. Kini, Indonesia melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tertarik untuk mengadopsi strategi serupa dalam mengangkat budaya Indonesia ke kancah internasional.
Dalam Forum Kemitraan Ekonomi Korea-Indonesia yang berlangsung di Jakarta pada 24 Juni 2025, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, secara resmi menyatakan minat investasi perusahaan di sektor industri media dan hiburan Korea Selatan. Fokus utama investasi ini mencakup dua area utama: industri perfilman dan Korean Pop (K-Pop) yang telah terbukti memiliki daya tarik global yang luar biasa.
“Yang menarik sebenarnya itu soal media industry. Karena di Korea Selatan itu penduduknya walaupun kecil yang bisa bahasa Korea, tapi bisa membuat bahasa Korea menjadi internasional. Melalui musik, melalui film, dan seterusnya,” ungkap Pandu dalam kesempatan tersebut.
Korea Selatan dipilih bukan tanpa alasan. Negara dengan populasi sekitar 52 juta jiwa ini berhasil menciptakan industri hiburan senilai US$666,4 juta pada 2022, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan 6,48%. Lebih mengesankan lagi, nilai industri ini diperkirakan akan mencapai US$1,27 miliar pada 2029.
Keberhasilan Korea Selatan dalam memperkenalkan bahasa dan budayanya ke seluruh dunia menjadi inspirasi utama bagi Danantara. Meskipun memiliki populasi yang relatif kecil dibanding negara-negara besar lainnya, Korea Selatan mampu membuat jutaan orang di seluruh dunia belajar bahasa Korea, mengikuti tren fashion K-Pop, dan bahkan mengadopsi gaya hidup ala Korea.
Inisiatif Danantara mendapat sambutan hangat dari pihak Korea Selatan. Park Soo-Deok, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia, menyatakan apresiasi tinggi terhadap rencana investasi ini.
“Menarik bahwa CIO Danantara menyebutkan potensi kerja sama di bidang media dan hiburan. Saya rasa ini merupakan potensi besar untuk kerja sama Indonesia dan Korea, mengingat banyak masyarakat Indonesia menyukai drama Korea dan K-pop,” kata Park Soo-Deok.
Park Soo-Deok menekankan bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat strategis untuk industri hiburan Korea. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan basis penggemar K-Pop serta K-Drama yang sangat aktif dan loyal, Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar produk hiburan Korea di Asia Tenggara.
Fakta menarik lainnya adalah Indonesia merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki kemitraan strategis khusus dengan Korea Selatan. Saat ini, Korea Selatan tercatat sebagai investor terbesar ketujuh di Indonesia, yang mencerminkan kedekatan bilateral kedua negara yang terus menguat.
Rencana investasi Danantara bukan sekadar mengikuti tren, tetapi memiliki visi jangka panjang yang ambisius. Pandu Sjahrir menegaskan bahwa tujuan utama investasi ini adalah mempelajari dan mengadaptasi model sukses Korea Selatan untuk mendorong budaya Indonesia agar lebih dikenal secara global.
“Saya pikir itu adalah sesuatu yang ingin kita pelajari dan investasikan. Dan juga bagaimana kita dapat menggunakannya untuk budaya Indonesia agar lebih dikenal secara global,” tambah Pandu.
Park Soo-Deok bahkan mengungkapkan harapannya bahwa kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada pengembangan Korean Wave di Indonesia, tetapi juga dapat menciptakan “Indonesian Wave” atau “I-Wave” yang mampu menarik perhatian dunia internasional.
Konsep I-Wave ini sangat relevan dengan potensi budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku bangsa, Indonesia memiliki khazanah budaya yang tak kalah menarik dari Korea Selatan. Yang dibutuhkan adalah strategi packaging dan distribusi yang tepat, seperti yang telah berhasil dilakukan Korea Selatan.
Industri hiburan Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda positif. Film-film Indonesia seperti “Pengabdi Setan” dan “KKN di Desa Penari” telah meraih kesuksesan di pasar domestik. Sementara itu, beberapa musisi Indonesia seperti Rich Brian dan NIKI mulai mendapat pengakuan internasional.
Kerja sama dengan Korea Selatan dapat membuka peluang besar dalam beberapa aspek:
Teknologi Produksi: Korea Selatan memiliki teknologi produksi film dan musik yang sangat canggih. Transfer teknologi ini dapat meningkatkan kualitas produksi konten Indonesia.
Sistem Distribusi Global: Jaringan distribusi Korea Selatan yang telah mapan di seluruh dunia dapat menjadi jalur untuk memperkenalkan konten Indonesia ke pasar internasional.
Model Bisnis Terintegrasi: Korea Selatan berhasil menciptakan ekosistem hiburan yang terintegrasi, mulai dari produksi, promosi, hingga merchandising.
Meski prospektif, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi:
Kompetisi Global: Pasar hiburan global sudah sangat kompetitif dengan pemain-pemain besar dari Amerika, Korea, dan negara lainnya.
Adaptasi Budaya: Konten Indonesia harus mampu menarik audiense global tanpa kehilangan identitas budaya lokalnya.
Investasi Jangka Panjang: Membangun industri hiburan yang kuat membutuhkan investasi konsisten dalam jangka waktu yang panjang.
Dengan dukungan investasi dari Danantara dan kerja sama strategis dengan Korea Selatan, industri hiburan Indonesia berpotensi mengalami transformasi besar. Generasi muda Indonesia yang kreatif dan tech-savvy dapat menjadi driving force dalam menciptakan konten-konten berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar global.
Forum Kemitraan Ekonomi Korea-Indonesia yang menginisiasi kerja sama ini merupakan langkah awal yang sangat penting. Dengan komitmen dari kedua belah pihak dan dukungan yang tepat, mimpi untuk melihat Indonesian Wave mendunia bukanlah hal yang mustahil.
Investasi Danantara di bidang film dan K-Pop ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang membangun jembatan budaya yang dapat memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Saatnya Indonesia mengambil panggung global dan menunjukkan kekayaan budayanya kepada dunia.