June 14, 2025 By RB
14 Juni 2025 – Destinasi wisata kelas dunia Raja Ampat yang dikenal sebagai surga biodiversitas laut kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan nikel. Eksploitasi mineral untuk mendukung industri baterai kendaraan listrik ini telah merusak lebih dari 500 hektar hutan dan mengancam ekosistem terumbu karang, memicu perdebatan antara kepentingan ekonomi dan konservasi lingkungan.
Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat merupakan rumah bagi:
“Kami kehilangan setidaknya 10 hektar hutan bakau setiap bulan akibat sedimentasi dari tambang,” ungkap aktivis lokal dalam wawancara dengan Greenpeace.
Operasi penambangan di Pulau Gag telah menyebabkan:
Kerusakan Lingkungan
Dampak Sosial
Data LIPI menunjukkan 30% terumbu karang di wilayah penambangan telah mengalami kerusakan permanen.
Peningkatan permintaan nikel global untuk baterai kendaraan listrik menciptakan paradoks lingkungan:
Menteri ESDM mengklaim operasi tambang telah memenuhi AMDAL, namun penelitian independen membuktikan sebaliknya.
Tekanan publik memaksa tindakan korektif:
“Kebijakan harus menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan daya dukung ekologis,” tegas Direktur Eksekutif Walhi Papua.
Suara kaum muda menawarkan solusi alternatif:
“Kami ingin pembangunan yang tidak mengorbankan warisan alam untuk generasi mendatang,” tutur perwakilan Gen Z dalam forum Youth for Climate.
Para ahli merekomendasikan:
Krisis lingkungan Raja Ampat menjadi ujian nyata komitmen Indonesia dalam mencapai SDGs, menuntut kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk menemukan titik keseimbangan yang berkelanjutan.
Related Tags & Categories :