May 31, 2025 By A G
31 Mei 2025 – China kembali menjadi sorotan dunia berkat inovasi teknologi di sektor transportasi. Baru-baru ini, pemerintah Negeri Tirai Bambu melakukan uji coba pemasangan lampu laser berwarna-warni di jalan tol Qingdao-Yinchuan. Tujuannya terdengar sederhana namun vital: menjaga pengemudi, terutama sopir truk, agar tidak mengantuk saat berkendara di malam hari.
Tol sepanjang 1.600 kilometer ini menjadi jalur utama logistik dari ibu kota Ningxia menuju kota pelabuhan Qingdao. Dengan volume truk berat yang tinggi, risiko kecelakaan akibat kelelahan menjadi ancaman nyata. Di sinilah ide “jalan tol anti-kantuk dengan laser” muncul, lengkap dengan sinar merah, hijau, dan biru yang diproyeksikan menyilang di atas permukaan jalan.
Konsep dari proyek ini sederhana namun ambisius. Lampu-lampu laser yang menyilaukan tersebut dirancang untuk merangsang visual para pengemudi dan menjaga kewaspadaan mereka sepanjang malam. Terutama bagi para sopir truk yang melakukan perjalanan jauh dan cenderung mengalami kelelahan.
Seorang pengemudi bernama Tuan Li, yang menjadi sumber utama dalam video viral itu, menyebutkan bahwa paparan sinar laser membuatnya merasa segar kembali dan mampu melanjutkan perjalanan dengan konsentrasi lebih baik. Klaim ini mendapat sambutan positif dari sebagian warganet, termasuk komentar dari Elon Musk yang menyebut inovasi tersebut “terlihat keren”.
Dari sudut pandang teknis, cahaya terang dan warna-warni memang memiliki efek stimulasi terhadap otak, memicu perhatian dan mengurangi rasa kantuk. Konsep ini mirip dengan ide pencahayaan di kabin mobil modern atau ruangan kerja yang didesain untuk meningkatkan produktivitas malam hari.
Namun, seperti banyak kebijakan dan inovasi lain, teknologi laser warna-warni ini tidak luput dari kritik. Sejumlah pengemudi mengeluhkan bahwa lampu-lampu itu terlalu menyilaukan dan mengganggu pandangan, apalagi saat berkendara dalam kecepatan tinggi. Beberapa bahkan menyebut bahwa mereka merasa bingung dan tidak fokus karena perubahan warna dan pola sinar yang terus-menerus.
Di platform X (dulu Twitter), salah satu pengguna menulis, “Siapa yang membuat ide untuk membutakan mata pengemudi? Selamat, mereka tidak akan mengantuk, namun akan menjadi bingung.”
Kritik paling serius datang dari kekhawatiran akan efek samping neurologis. Beberapa ahli dan warganet menyebutkan bahwa cahaya laser yang intens dan berpola dapat memicu kejang epilepsi, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap cahaya berkedip atau pola visual tertentu.
Komentar lain juga menyebutkan bahwa pengemudi mungkin saja terbiasa dengan pola cahaya ini setelah beberapa waktu, sehingga efeknya jadi tidak optimal dan malah membuat kantuk kembali menyerang.
Pemasangan laser di jalan tol China ini membuka diskusi lebih luas soal bagaimana inovasi teknologi dapat membantu keselamatan di jalan raya. Mengantuk saat berkendara adalah penyebab umum kecelakaan fatal, tidak hanya di China tetapi juga di banyak negara lain, termasuk Indonesia.
Bagi generasi muda yang kerap melakukan perjalanan jauh, berkendara larut malam, atau bekerja sebagai pengemudi logistik isu ini sangat relevan. Dalam dunia yang semakin cepat dan produktif, tidur sering menjadi kemewahan, dan bahaya microsleep di balik kemudi menjadi semakin nyata.
Maka dari itu, inovasi seperti ini patut diapresiasi dari sisi niat dan eksplorasi teknologinya. Namun, tantangan besar terletak pada penerapan yang tepat, tanpa mengorbankan aspek kenyamanan dan kesehatan pengguna jalan.
Hingga artikel ini ditulis, belum ada laporan resmi yang menyatakan efektivitas pemasangan lampu laser ini terhadap penurunan angka kecelakaan atau peningkatan konsentrasi pengemudi. Pemerintah China pun belum memberikan pernyataan apakah sistem ini akan diadopsi secara permanen atau hanya sebagai proyek eksperimental.
Kontroversi yang berkembang membuat pengujian ini masih dalam tahap evaluasi. Bahkan media lokal di China pun mengangkat topik ini sebagai perdebatan publik yang belum mencapai kesepakatan.
Namun yang pasti, proyek ini telah berhasil menarik perhatian dunia dan membuka wacana baru tentang bagaimana teknologi non-konvensional dapat diaplikasikan dalam konteks keselamatan transportasi.
Jika menilik ke belakang, China memang dikenal sering mencoba pendekatan tidak biasa dalam menyelesaikan persoalan lalu lintas. Salah satunya adalah pemasangan lampu lalu lintas khusus di gurun untuk menghindari kemacetan akibat unta yang menyeberang.
Artinya, pendekatan out-of-the-box seperti ini bukan hal baru bagi China. Meski kadang tampak nyeleneh, tujuannya selalu untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan masyarakat.
Untuk kita di Indonesia dan negara lain, eksperimen ini memberi pelajaran penting: masalah klasik seperti kantuk di jalan bisa jadi butuh solusi yang tidak biasa.
Namun, aspek kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pengguna jalan harus tetap menjadi prioritas utama. Setiap teknologi harus diuji dengan serius, melibatkan ahli neurologi, psikolog, dan insinyur lalu lintas. Partisipasi masyarakat juga penting, agar implementasi tidak menimbulkan efek samping yang lebih besar dari manfaatnya.
Pemasangan lampu laser warna-warni di tol Qingdao-Yinchuan bukan sekadar eksperimen visual. Ia adalah simbol dari betapa seriusnya masalah kelelahan berkendara dan bagaimana teknologi bisa menjadi bagian dari solusi.
Namun, seperti inovasi lainnya, keseimbangan antara efektivitas dan dampak terhadap manusia tetap harus diperhatikan.
Bagi generasi muda, khususnya mereka yang akrab dengan gaya hidup mobile dan kerja malam, isu ini menjadi pengingat penting: tidur yang cukup masih menjadi “teknologi paling alami” dalam mencegah kecelakaan.
Dan siapa tahu, di masa depan, kombinasi antara istirahat yang cukup dan teknologi canggih bisa menciptakan jalan raya yang lebih aman dan cerdas bagi semua orang.