Leet Media

Ribuan Insinyur Microsoft Kena PHK dan  Digantikan oleh AI Buatan Mereka Sendiri

May 30, 2025 By RB

Dice

30 Mei 2025 – Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang dilakukan Microsoft pada tahun 2025 mengejutkan banyak pihak. Ironisnya, para insinyur perangkat lunak yang membangun teknologi kecerdasan buatan (AI) perusahaan justru menjadi korban dari kecanggihan sistem yang mereka kembangkan sendiri.

PHK Massal 6.000 Karyawan Microsoft Mengguncang Industri Teknologi

Microsoft secara resmi memecat sekitar 6.000 karyawan secara global—setara dengan hampir 3% dari total tenaga kerjanya. PHK ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah perusahaan. Meskipun disebut sebagai bagian dari strategi efisiensi dan penyederhanaan struktur manajerial, data menunjukkan bahwa hanya 17% dari posisi manajerial yang terdampak.

Sisanya? Justru para teknisi dan insinyur, kelompok yang selama ini berada di garis depan dalam pengembangan AI Microsoft, termasuk proyek-proyek strategis yang melibatkan platform seperti Azure dan integrasi sistem OpenAI.

Insinyur Perangkat Lunak Jadi Korban Terbesar

Sekitar 40% dari posisi yang dipangkas di negara bagian Washington, AS, berasal dari sektor rekayasa perangkat lunak. Tim-tim teknis yang sebelumnya diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan AI, seperti penggunaan chatbot OpenAI untuk menulis hingga 50% dari kode perangkat lunak, kini harus menerima kenyataan pahit bahwa sistem yang mereka bantu latih telah mengambil alih peran mereka.

Jeff Hulse, Wakil Presiden Microsoft yang memimpin lebih dari 400 insinyur, merupakan salah satu pemimpin tim yang terdampak. Ia sebelumnya mendorong percepatan integrasi AI dalam proses pengembangan produk, namun akhirnya timnya termasuk yang harus dilepas.

Gabriela de Queiroz dan Ironi di Balik PHK

Gabriela de Queiroz, Direktur AI untuk Microsoft for Startups, menjadi salah satu figur yang paling disorot dalam gelombang PHK ini. Dalam unggahannya di media sosial X (dulu Twitter), ia menulis:

“Saya terdampak oleh gelombang PHK terbaru Microsoft. Apakah saya sedih? Tentu saja. Saya patah hati melihat begitu banyak orang berbakat yang pernah bekerja bersama saya diberhentikan. Mereka adalah orang-orang yang sangat peduli, bekerja keras, dan benar-benar membuat perbedaan.”

Meskipun telah diminta untuk segera menghentikan aktivitas kerja, Gabriela memilih untuk tetap menyelesaikan tanggung jawab terakhirnya dan berpamitan secara elegan. Ia tetap optimistis bahwa sesuatu yang baik akan muncul dari pengalaman pahit ini.

AI Menjadi “Pengganti” yang Efisien namun Kontroversial

CEO Microsoft, Satya Nadella, menyebut kecerdasan buatan sebagai “terobosan produktivitas.” Dalam beberapa proyek, AI diklaim telah menulis hingga 30%—bahkan direncanakan meningkat menjadi 50%—dari keseluruhan kode. Namun bagi banyak karyawan, terutama para insinyur, inovasi ini justru menjadi alasan utama diberhentikannya mereka dari pekerjaan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan etis: Apakah para insinyur secara tidak sadar telah melatih pengganti mereka sendiri? Pertanyaan ini semakin relevan seiring dengan meningkatnya kehadiran sistem AI dalam proses bisnis dan rekayasa perangkat lunak global.

Gelombang Protes dan Kritik Internal

Tak hanya PHK yang menjadi sorotan. Aksi protes juga terjadi di tengah konferensi pengembang tahunan Microsoft Build 2025. Seorang karyawan bernama Joe Lopez menyuarakan keberatan atas kerja sama Microsoft dengan pemerintah Israel dalam proyek cloud dan AI, meneriakkan slogan “Free Palestine” di hadapan hadirin.

Lopez, bersama mantan karyawan Google, tergabung dalam kelompok aktivis “No Azure for Apartheid” yang mengkritik keterlibatan perusahaan teknologi besar dalam proyek-proyek yang berpotensi melanggar hak asasi manusia. Aksi ini menambah tekanan moral bagi Microsoft di tengah perubahan besar dalam struktur internalnya.

Masa Depan AI dan Etika Perusahaan Teknologi

PHK massal Microsoft dan ironi di baliknya membuka babak baru dalam perdebatan etika penggunaan AI dalam dunia kerja. Ketika teknologi semakin mampu menggantikan manusia, bagaimana seharusnya perusahaan bertanggung jawab atas dampaknya terhadap kehidupan para pekerja?

Microsoft mungkin tengah mengoptimalkan struktur dan efisiensinya, tetapi langkah ini datang dengan risiko besar terhadap moral karyawan dan persepsi publik. Dalam upaya mempercepat integrasi AI, perusahaan raksasa ini kini dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan inovasi dengan keadilan sosial dan tanggung jawab kemanusiaan.

Related Tags & Categories :

highlight