April 10, 2025 By Reynaldi Aditya Ramadhan
10 April 2025 – Perkembangan kecerdasan buatan membawa kemudahan dalam banyak aspek, termasuk dalam menghasilkan konten visual, menjawab pertanyaan, hingga membantu pekerjaan sehari-hari. Namun, di balik manfaatnya, muncul sisi gelap yang mulai disalahgunakan. Salah satunya adalah kemampuan AI seperti ChatGPT dalam mengedit bukti transfer digital.
Fenomena ini menjadi perhatian publik setelah beberapa unggahan di media sosial menunjukkan bagaimana ChatGPT versi terbaru dapat digunakan untuk membuat struk transfer palsu. Ini bukan lagi sekadar teori—bukti nyata dan percobaan langsung telah menunjukkan bahwa potensi penyalahgunaan teknologi ini benar-benar ada.
Sebuah akun X dengan nama @unmagnetism memviralkan tangkapan layar dari pengguna Facebook yang berhasil mengubah nominal angka di struk transfer hanya dengan memasukkan prompt sederhana ke ChatGPT. Menyusul hal tersebut, YouTuber @williamjakfar juga mengunggah video eksperimen menggunakan ChatGPT versi 4o untuk melakukan hal yang sama. Video tersebut dibuat sebagai peringatan kepada pelaku bisnis agar lebih berhati-hati dalam menerima bukti transfer.
Tidak hanya itu, tim media seperti Medcom.id juga ikut menguji. Mereka mencoba mengubah data pada bukti transfer—mengganti nama penerima dan nominal dari Rp120.000 menjadi Rp5.275.000—menggunakan perintah teks di ChatGPT. Hasilnya cukup meyakinkan secara visual, meski masih terdapat perbedaan struktur dari versi asli. Namun tetap saja, bagi mata yang tidak terlatih, bukti palsu ini bisa tampak sah.
Kemampuan ChatGPT dalam mengedit gambar bukanlah hal baru. Fitur tersebut mulai diperkenalkan sejak tahun 2024 dan sebelumnya lebih populer digunakan untuk keperluan kreatif, seperti mengubah foto menjadi ilustrasi bergaya Studio Ghibli. Namun, kini fitur ini dapat dimanfaatkan untuk mengedit dokumen seperti bukti transfer.
Teknologi yang digunakan meliputi image generation dan optical character recognition (OCR). Melalui prompt yang dituliskan dalam bentuk instruksi, pengguna dapat meminta ChatGPT untuk mengubah bagian-bagian tertentu dari gambar—misalnya nama penerima, nominal uang, bahkan watermark atau QR code. Ini membuat proses manipulasi menjadi sangat mudah bahkan bagi orang tanpa latar belakang desain grafis.
Praktik manipulasi bukti transfer bukan hal baru, tapi kehadiran AI seperti ChatGPT menjadikannya jauh lebih cepat dan rapi. Modus paling umum melibatkan pengunduhan template bukti transfer dari bank populer, lalu mengeditnya menggunakan AI atau aplikasi desain otomatis. Setelah hasil jadi, pelaku akan mengirimkan struk tersebut kepada korban, meyakinkan bahwa transaksi telah dilakukan.
Kasus yang sering terjadi adalah penipuan dalam transaksi jual beli online. Pelaku mengirimkan bukti transfer palsu dan meminta barang dikirim, padahal dana tidak pernah benar-benar masuk ke rekening penjual. Bahkan ada juga modus kelebihan transfer, di mana pelaku mengaku salah transfer dalam jumlah besar dan meminta korban mengembalikan ‘selisihnya’.
Di level lebih tinggi, manipulasi ini bisa digunakan untuk pemalsuan laporan keuangan atau pencucian uang. Hasil editan AI yang makin halus membuatnya sulit dikenali tanpa bantuan alat forensik digital.
Ancaman ini semakin relevan mengingat tingginya volume transaksi digital di Indonesia. Tanpa literasi digital yang kuat, masyarakat sangat rentan menjadi korban penipuan berbasis teknologi. Bahkan bukti transfer palsu yang dibuat secara profesional bisa mengelabui sistem jika tidak ada proses verifikasi tambahan.
Ahli keamanan siber juga menyoroti meningkatnya kebutuhan untuk mengedukasi pelaku UMKM, seller di marketplace, dan individu yang aktif bertransaksi online. Mereka adalah target utama dalam modus seperti ini.
Beberapa langkah pencegahan yang disarankan untuk menghadapi potensi penyalahgunaan ini antara lain:
Teknologi memang berkembang pesat, tapi itu tidak berarti kita harus pasrah terhadap risikonya. Kecerdasan buatan seperti ChatGPT memiliki potensi besar untuk membantu banyak hal, tapi juga bisa digunakan untuk tujuan yang merugikan jika tidak diawasi dengan baik.
Masyarakat digital perlu lebih kritis, teliti, dan waspada. Jangan langsung percaya pada bukti transfer yang tampak meyakinkan secara visual. Di era AI, kecepatan dan kemudahan teknologi harus diimbangi dengan kesadaran dan kehati-hatian yang tinggi.
Related Tags & Categories :