March 27, 2025 By Rio Baressi
27 Maret 2025 – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Pasar Tanah Abang, yang dikenal sebagai pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, biasanya ramai oleh pengunjung. Namun, tahun ini pemandangan tersebut berubah drastis. Sepinya pasar tidak hanya dirasakan oleh pedagang di Pasar Tanah Abang, tetapi juga di Cikini Gold Center. Apa yang menyebabkan fenomena ini? Mari kita ulas secara mendalam.
Para pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluhkan jumlah pembeli yang jauh berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Helma, salah satu pedagang gamis, mengungkapkan, “Pasar hanya ramai saat akhir pekan, sementara hari biasa relatif sepi.” Penurunan ini memengaruhi omzet pedagang, yang turun sekitar 15-20 persen dari tahun lalu. Novi, pedagang lainnya, menambahkan, “Suasana pasar kini jauh berbeda dengan masa sebelum pandemi, di mana pembeli sering berdesak-desakan.”
Di Cikini Gold Center, pedagang emas seperti Andi dan Oki mengalami hal serupa. Andi mengatakan, “Harga emas yang melonjak menjadi Rp1,7 juta per gram membuat pembeli berkurang drastis.” Penurunan omzet di toko emas bahkan mencapai 70-80 persen. Oki menambahkan, “Kami bingung memenuhi kebutuhan Lebaran dengan situasi seperti ini.”
Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap situasi ini, meliputi menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat, pergeseran kebiasaan berbelanja ke platform daring, dan kondisi perekonomian yang sedang tidak stabil.
“Penjualan menurun karena daya beli masyarakat berkurang. Terkadang, pembeli menawar di bawah harga yang telah ditetapkan. Selain itu, banyak yang lebih memilih membeli baju Lebaran di online shop,” ungkap Rio, salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang.
Pedagang lain, yang diinisial G, turut menegaskan analisis serupa. Menurutnya, perubahan tren belanja konsumen dan penurunan daya beli merupakan faktor utama yang menyebabkan sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang tahun ini.
“Salah satunya karena masyarakat lebih memilih belanja lewat online shop, ditambah lagi kondisi perekonomian yang sedang lesu,” ujar dia.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof. Dedi Budiman Hakim, peralihan konsumen ke belanja online menjadi salah satu alasan utama sepinya pasar fisik.
“E-commerce menawarkan kemudahan dan promosi menarik yang sulit disaingi pasar tradisional,” jelasnya. Selain itu, daya beli masyarakat yang cenderung melemah juga memengaruhi penurunan jumlah pengunjung di pasar.
Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, menegaskan bahwa tren belanja online terus meningkat setiap tahun. Ia mengatakan, “Meski belanja online semakin diminati, perlu pengaturan ulang biaya pemasaran di platform e-commerce agar tidak memberatkan pedagang mikro.”
Untuk bertahan, para pedagang di Pasar Tanah Abang dan Cikini Gold Center perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Prof. Dedi menyarankan, “Pedagang harus mulai memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk meningkatkan visibilitas produk mereka.” Langkah ini dapat membantu mereka memantau tren pasar serta menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yasril Umar, menambahkan, “Meski jumlah pengunjung menurun, beberapa barang tetap diminati, seperti pakaian muslim dan perlengkapan ibadah.” Ini menunjukkan bahwa peluang tetap ada jika pedagang dapat menyesuaikan strategi mereka.
Fenomena sepinya Pasar Tanah Abang menjelang Lebaran mencerminkan perubahan perilaku belanja masyarakat yang dipengaruhi oleh disrupsi digital dan kondisi ekonomi. Untuk menghadapi tantangan ini, para pedagang perlu mengadopsi pendekatan baru, seperti memanfaatkan teknologi digital, agar tetap relevan dan kompetitif. Dengan strategi yang tepat, pasar tradisional tetap memiliki peluang untuk berkembang di era digital ini.
Related Tags & Categories :