Leet Media

Modifikasi Cuaca oleh BMKG Sudah Dilakukan di Jabodetabek, Ini caranya!

March 14, 2025 By Diva Permata Jaen

ANTARA foto

14 Maret 2025 – Modifikasi cuaca telah menjadi salah satu strategi utama dalam mengurangi dampak bencana hidrometeorologi di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mengembangkan teknologi ini untuk mengurangi curah hujan ekstrem yang berpotensi menyebabkan banjir.

Apa Itu Modifikasi Cuaca?

Modifikasi cuaca atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah metode intervensi atmosfer yang bertujuan untuk mengatur pola hujan di wilayah tertentu. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1977 dan dikenal sebagai “hujan buatan”. Metode ini berkembang untuk berbagai keperluan, termasuk mitigasi bencana banjir, pengisian waduk, serta pengamanan acara kenegaraan.

Cara Modifikasi Cuaca

Modifikasi cuaca melibatkan serangkaian langkah teknis yang bertujuan untuk mengubah kondisi atmosfer agar sesuai dengan kebutuhan mitigasi bencana. Berikut adalah tahapan utama dalam proses modifikasi cuaca:

  1. Identifikasi Awan Target – BMKG menggunakan radar cuaca dan citra satelit untuk mendeteksi awan dengan potensi hujan tinggi di wilayah tertentu.
  2. Pemilihan Metode Modifikasi – Berdasarkan kondisi atmosfer, ditentukan metode yang paling efektif, seperti penyemaian awan atau pencegahan pembentukan awan hujan besar.
  3. Penyemaian Awan – Pesawat yang membawa bahan semai seperti Natrium Klorida (NaCl) atau Kalsium Oksida (CaO) diterbangkan ke wilayah target untuk menyebarkan zat tersebut di dalam awan.
  4. Pemantauan dan Evaluasi – Setelah penyemaian, BMKG terus memantau perkembangan awan untuk memastikan efektivitas modifikasi cuaca serta mengukur dampaknya terhadap curah hujan.

Teknik ini terbukti mampu mengurangi curah hujan hingga 30-60 persen, tergantung pada kondisi atmosfer dan keberhasilan penyemaian awan.

Modifikasi cuaca dilakukan dengan teknik penyemaian awan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti Natrium Klorida (NaCl) atau garam, yang disebarkan melalui pesawat di wilayah target. Proses ini bertujuan untuk:

  1. Mempercepat Turunnya Hujan – Awan yang berpotensi membawa hujan deras dijatuhkan lebih awal di lokasi aman seperti laut.
  2. Mengurangi Intensitas Hujan – Penyemaian garam ke awan di daratan dapat menghambat pertumbuhan awan sehingga curah hujan berkurang.
  3. Mengontrol Pola Hujan – Dengan teknik ini, hujan dapat didistribusikan lebih merata dan menghindari penumpukan curah hujan di satu wilayah.

Menurut Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, teknologi ini mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-60 persen pada awan hujan yang cukup masif.

Peran Modifikasi Cuaca dalam Mengatasi Banjir di Jabodetabek

Seiring meningkatnya ancaman bencana hidrometeorologi, pemerintah Indonesia mengandalkan modifikasi cuaca sebagai strategi mitigasi. Operasi ini telah diterapkan di Jabodetabek sejak awal Maret 2025, terutama untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi akibat curah hujan ekstrem.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa modifikasi cuaca ini dilakukan secara kolaboratif dengan BNPB, TNI, dan Kementerian Perhubungan. Operasi ini melibatkan pesawat yang melakukan penyemaian garam di berbagai titik strategis, termasuk wilayah perairan dan hulu sungai.

Tantangan dan Efektivitas Modifikasi Cuaca

Meski telah terbukti membantu mengurangi curah hujan di beberapa wilayah, teknologi modifikasi cuaca memiliki keterbatasan, antara lain:

Modifikasi cuaca merupakan inovasi penting dalam mitigasi bencana hidrometeorologi di Indonesia. Dengan teknologi ini, pemerintah dapat mengendalikan curah hujan di wilayah rawan banjir, seperti Jabodetabek. Namun, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutan metode ini dalam jangka panjang.

Sebagai bagian dari upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, teknologi modifikasi cuaca dapat terus dikembangkan agar lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan kerja sama berbagai pihak, diharapkan mitigasi bencana di Indonesia semakin optimal dan mampu melindungi masyarakat dari dampak cuaca ekstrem.