March 8, 2025 By Rio Baressi
8 Maret 2025 – Food reviewer telah menjadi bagian penting dalam industri kuliner, membantu konsumen menemukan rekomendasi terbaik sekaligus memberikan masukan berharga bagi pelaku usaha. Namun, perkembangan zaman, tantangan ekonomi, dan kontroversi dalam profesi ini memunculkan pertanyaan besar, apakah food reviewer masih relevan di Indonesia?
Pada masa sebelum internet, ulasan kuliner biasanya ditemukan di kolom surat kabar atau majalah. Salah satu pionir dalam mengenalkan masakan Indonesia ke dunia internasional adalah Sri Owen, seorang penulis dan pengajar masakan Indonesia yang berbasis di London. Buku masaknya yang pertama, “The Home Book Of Indonesian Cookery” (1976), menjadi buku resep berbahasa Inggris pertama yang didedikasikan untuk masakan Indonesia.
Nama lain seperti Bondan Winarno termasuk menjadi pionir dalam mengangkat kekayaan kuliner Indonesia melalui media televisi. Melalui program “Wisata Kuliner”, Bondan tidak hanya mempromosikan masakan Nusantara tetapi juga memberikan edukasi tentang budaya makanan, yang membuatnya menjadi ikon kuliner dengan ungkapan khas “Pokoke maknyus!”.
Dengan hadirnya era digital, peran food reviewer berpindah ke platform online seperti blog, YouTube, dan media sosial. Food vlogger mulai memanfaatkan platform digital untuk mengulas makanan secara kreatif, menjangkau audiens yang lebih luas.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan food reviewer untuk beralih ke format visual yang lebih menarik melalui video dan foto. Food vlogger kini menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk memberikan ulasan yang informatif sekaligus menghibur.
Namun, perkembangan ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa reviewer menghadapi kritik karena dianggap lebih mementingkan sensasi dibandingkan objektivitas, sehingga menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Food reviewer memainkan peran besar dalam membantu UMKM kuliner mendapatkan eksposur. Dengan ulasan yang dipublikasikan melalui media sosial atau blog, UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas tanpa harus mengeluarkan biaya promosi besar. Ulasan positif dari reviewer terpercaya dapat meningkatkan reputasi dan menarik pelanggan baru.
Selain mempromosikan, food reviewer juga dapat memberikan kritik konstruktif kepada pelaku usaha. Masukan ini membantu pelaku UMKM memperbaiki kelemahan mereka, baik dari segi rasa makanan, pelayanan, maupun konsep tempat usaha.
Dalam beberapa kasus, food reviewer dituduh tidak menjaga objektivitas dalam memberikan ulasan. Ada kekhawatiran bahwa beberapa ulasan dibuat atas dasar imbalan atau kepentingan pribadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang etika dan profesionalisme dalam profesi ini.
Selain itu, kritik pedas yang tidak disampaikan dengan bijak dapat merugikan pelaku usaha kecil, terutama UMKM yang baru memulai bisnisnya. Oleh karena itu, penting bagi food reviewer untuk menyampaikan ulasan secara jujur dan membangun.
Salah satu kasus yang mencuat adalah tuduhan terhadap Codeblu, seorang reviewer yang dituduh meminta uang dalam jumlah besar untuk menghapus ulasan negatifnya. Kontroversi ini mengundang kecaman publik dan seruan untuk memboikot reviewer tersebut.
Tindakan seperti ini dianggap merusak integritas profesi reviewer makanan. Pelaku usaha kuliner melaporkan bahwa ulasan negatif yang tidak berdasar dapat merugikan reputasi bisnis mereka secara signifikan. Kasus ini juga memicu perdebatan mengenai perlunya regulasi yang lebih ketat untuk mengawasi aktivitas food reviewer di Indonesia.
Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, food reviewer menjadi semakin relevan dalam mendukung UMKM. Mereka membantu mempromosikan bisnis kecil yang mungkin tidak memiliki akses ke strategi pemasaran besar. Eksposur dari food reviewer dapat menjadi angin segar bagi pelaku usaha kuliner untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat.
Food reviewer yang memanfaatkan teknologi digital dapat membantu UMKM beradaptasi dengan tren ekonomi berbasis digital. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi alat efektif untuk menjangkau pelanggan potensial, terutama generasi muda yang sangat aktif di dunia maya.
Bondan Winarno adalah contoh nyata bagaimana seorang reviewer kuliner dapat memberikan dampak positif yang besar. Tidak hanya mengulas makanan, Bondan juga memperkenalkan nilai budaya di balik setiap hidangan. Melalui dedikasinya, ia menunjukkan bahwa profesi ini memiliki tanggung jawab lebih dari sekadar memberikan rekomendasi, tetapi juga mendidik masyarakat untuk lebih menghargai keberagaman kuliner.
Food reviewer tetap relevan di Indonesia, terutama di tengah dinamika ekonomi dan perkembangan teknologi saat ini. Peran mereka sebagai penghubung antara konsumen dan pelaku usaha kuliner tidak tergantikan, selama mereka menjunjung tinggi etika dan profesionalisme. Dengan memanfaatkan platform digital secara bijak dan menyampaikan ulasan yang jujur, food reviewer dapat terus memberikan kontribusi positif bagi industri kuliner Indonesia.
Related Tags & Categories :