Leet Media

Romo Magnis: Dulu Partai Politik Indonesia Diwarnai Berbagai Ideologi, Kini Sekadar Ikut Tokoh yang Terjebak Dalam Dinasti Kekuasaan

September 10, 2025 By RB

Nalar TV & Leet Media

10 September 2025 – Pemikir dan rohaniwan Katolik, Franz Magnis Suseno atau yang akrab disapa Romo Magnis, kembali menyuarakan kritik tajam terhadap kondisi politik di Indonesia. Ia menilai partai-partai politik saat ini telah kehilangan arah ideologi dan berubah menjadi partai dinasti yang hanya berpusat pada tokoh tertentu.

Perbandingan dengan Demokrasi 1955

Detik News

Romo Magnis mengingatkan bahwa pada pemilu pertama Indonesia tahun 1955, partai-partai memiliki ideologi yang jelas, mulai dari Islam, Katolik, konservatif, hingga sosialis. Dengan begitu, masyarakat bisa memilih wakil berdasarkan arah kebijakan yang diusung partai tersebut.

Ia menegaskan:

“Sejak semula Dewan Perwakilan Rakyat, partai-partai dalam demokrasi yang benar-benar termasuk demokrasi Indonesia tahun 1955, partai-partai mempunyai suatu program, suatu ideologi misalnya ada yang Islami, ada partai Katolik, ada konservatif, ada sosialis dan sebagainya. Sehingga masyarakat dalam memilih wakilnya akan tahu, bahwa wakilnya itu akan berusaha membawa negara ke arah mana.”

Namun kini, menurutnya, kondisi telah berubah drastis. Hampir semua partai lebih mengandalkan tokoh karismatik daripada program yang jelas.

Partai Dinasti dan Awal Korupsi

Fenomena partai yang berpusat pada tokoh dianggap Romo Magnis sebagai awal dari berbagai praktik korupsi. Alih-alih memperjuangkan isu penting seperti lingkungan hidup atau kesejahteraan rakyat, partai justru bergerak demi kepentingan elite dan dinasti politik.

Ia menyebut contoh nyata ketika pembahasan undang-undang perampasan aset gagal disahkan. Bagi Romo Magnis, itu menunjukkan partai dan wakil rakyat enggan membuat aturan yang bisa menjerat diri mereka sendiri.

“Jadi hanya mengikuti satu tokoh, bukan karena dia punya suatu program misalnya lingkungan hidup tetapi karena merasa bersama dengan tokoh ini dia punya masa depan yang gemilang, ya itu permulaan segala macam korupsi. Bahwa ada undang-undang penting mereka berusaha menghindar dari rakyat yang sebetulnya mereka mewakili (contohnya) undang-undang perampasan aset itu tidak berhasil karena nggak ada yang mau hukum diri sendiri.”

Demokrasi Kehilangan Representasi Rakyat

Romo Magnis menilai kondisi ini sebagai kelemahan fatal dalam sistem demokrasi Indonesia. Ketika partai tidak lagi mewakili rakyat dan hanya mengutamakan kepentingan dinasti, demokrasi kehilangan ruhnya sebagai sistem yang berlandaskan keterwakilan.

“Kelemahan tidak adanya perwakilan rakyat itu fatal bagi demokrasi,” tegasnya.

Pentingnya Mengembalikan Arah Demokrasi

Pernyataan Romo Magnis ini menjadi peringatan keras bahwa demokrasi Indonesia tengah berada dalam ancaman serius. Tanpa partai politik yang memiliki visi, ideologi, dan keberpihakan pada rakyat, demokrasi akan rapuh dan mudah diperalat oleh segelintir elite.

Seruannya memperlihatkan bahwa demokrasi sejati hanya dapat terwujud bila partai-partai kembali menegakkan integritas, membawa program jelas, dan benar-benar hadir sebagai representasi rakyat.

Related Tags & Categories :

highlight

Leet in Depth