Leet Media

Terinspirasi Dari Slow Train di China, KAI Akan Luncurkan Kereta Murah Khusus Untuk Petani dan Pedagang 

August 18, 2025 By pj

17 Agustus 2025 – PT Kereta Api Indonesia (KAI) resmi melakukan uji coba kereta khusus untuk petani dan pedagang. Inovasi ini diharapkan mampu mempercepat distribusi hasil tani dari desa ke pasar, sekaligus mengurangi beban transportasi yang selama ini dirasakan petani. Konsepnya terinspirasi dari slow train di China yang terbukti sukses mendukung ekonomi pedesaan.

Terinspirasi dari Slow Train China

Gagasan kereta khusus petani berangkat dari survei KAI pada Juni 2024 yang memetakan kebutuhan transportasi petani dan pedagang. Survei itu menyoroti kapasitas muatan, frekuensi perjalanan, fasilitas dagang, hingga ongkos angkut.

Di China, slow train dikenal sebagai “kereta amal” dengan tarif terjangkau, menghubungkan desa terpencil dengan pusat kota. Selain membawa penumpang, kereta ini juga berfungsi sebagai pasar bergerak, di mana warga diperbolehkan menjual hasil tani langsung di gerbong. Sistem ini terbukti meningkatkan pendapatan masyarakat desa serta memudahkan akses pendidikan, kesehatan, dan pasar.

Potensi Manfaat Kereta Petani di Indonesia

Dengan jaringan rel yang melintasi banyak daerah produktif, KAI menilai layanan ini bisa menjawab tantangan logistik hasil tani. Moda transportasi ini diharapkan tidak hanya mempercepat mobilitas barang dagangan, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi desa.

Jika sukses, kereta petani berpotensi menjadi transportasi inklusif yang memberi keuntungan ganda: mempermudah distribusi hasil bumi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menanti Jadwal Peluncuran Resmi

Hingga saat ini, KAI belum merilis rute maupun tanggal resmi operasional kereta petani. Uji coba yang dilakukan pada Agustus 2025 merupakan tahap awal untuk menguji kelayakan teknis dan penyesuaian kebutuhan di lapangan.

Vice President (VP) Public Relations KAI, Anne Purba menyampaikan, “Saat ini masih uji coba. Nanti akan diinfokan (untuk peluncurannya)”.

Latar Belakang Wacana Kereta Petani

Gagasan kereta ini pertama kali disampaikan oleh Didiek Hartantyo saat menjabat Direktur Utama KAI. Ia melihat banyak petani dan pedagang yang setiap hari menumpang KRL dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang, sering kali berdesakan dengan penumpang lain.

“Kami melihat adanya permintaan, khususnya daerah-daerah, seperti Rangkasbitung ke Tanah Abang. Itu kalau pagi, orang-orang bawa barang dagangan dan hasil bumi naik KRL. Kan, kurang nyaman, karena KRL didesain untuk pekerja,” ujar Didiek pada 7 Agustus 2025.

Kini, meski terjadi pergantian pimpinan KAI, program ini diyakini tetap akan dilanjutkan. Rencananya, KRL tambahan diberangkatkan pukul 04.00 dari Stasiun Rangkasbitung dan tiba di Tanah Abang pukul 06.00.

Inspirasi dari Tiongkok

Didiek juga menegaskan wacana ini terinspirasi dari China. Di sana, tiket kereta petani sangat murah, bahkan tidak lebih dari 1 dollar, dan harganya tidak pernah naik. Konsep inilah yang ingin dicontoh KAI untuk memberikan akses transportasi terjangkau bagi petani dan pedagang kecil.